.
.
JENIS DAN KLASIFIKASI LESI KULIT
A.
LESI
• Definisi
Zona jar yang fungsinya terganggu akibat penyakit dan trauma
-keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh. Hal ini dapat terjadi karena proses beberapa penyakit seperti trauma fisik, kimiawi, dan elektris; infeksi, masalah metabolisme, dan autoimun(baiiu).
-Reaksi peradangan daerah sub.epitel yg akhirny mnimbulkan luka pd sub mukosa
-Keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh karena proses trauma atau infeksi, masalah metabolisme dan autoimun ( berkaitan erat dengan alergi. Faktor tertentu di dalam jaringan tubuh mengembangkan sifat2 autogenik
• Klasifikasi
- Lesi rongga mulut
• Definisi
Zona jar yang fungsinya terganggu akibat penyakit dan trauma
-keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh. Hal ini dapat terjadi karena proses beberapa penyakit seperti trauma fisik, kimiawi, dan elektris; infeksi, masalah metabolisme, dan autoimun(baiiu).
-Reaksi peradangan daerah sub.epitel yg akhirny mnimbulkan luka pd sub mukosa
-Keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh karena proses trauma atau infeksi, masalah metabolisme dan autoimun ( berkaitan erat dengan alergi. Faktor tertentu di dalam jaringan tubuh mengembangkan sifat2 autogenik
• Klasifikasi
- Lesi rongga mulut
Macam-macam
lesi jaringan lunak rongga mulut
LESI PRIMER
1. Makula
• Ukuran:
- Titik sampai bercak
- Diameter beberapa mm hingga cm
• Warna:
Merah, coklat keputihan, dsb → Tergantung penyebabnya:
a. Berasal dari vaskularisasi
- Warna: merah kecoklatan
- Bila ditekan berwarna pucat
- Misal: hiperemia
b. Berasal dari pigmen darah
- Warna: merah kebiruan
- Misal: petechiae, purpura, ecchymoses (hematom)
c. Berasal dari pigmen melanin
- Warna: biru kecoklatan
- Misal: hiperpigmentasi
Hal ini merupakan perubahan dalam warna kulit. Mereka bervariasi dalam ukuran dan bentuk, dan tampak sebagai pewarnaan pada kulit. Makula dibentuk dari :
Deposit pigmen dalam kulit, misalnya frekles.
Keluarnya darah kedalam kulit, misalnya petekie.
Dilatasi permanen dari pembuluh kapiler, misalnya nevi.
Dilatasi sementara dari pembuluh darah kapiler, misalnya eritema.
2. Papula
Terdapat elevasi yang dapat diraba dari kulit yang bervariasi diameternya dari sekitar 1-5 mm. Permukaan dapat tajam, bulat atau datar. Mereka terletak superficial dan dibentuk dari proliferasi sel atau eksudasi cairan ke dalam kulit.
Suatu lesi padat menimbul superfisial, diameter >1cm
• Contoh:
- Lichen planus (pada mukosa) adalah papula keputihan.
- Fordyce’s spot adalah anomali pertumbuhan dmana kelenjar lemak tumbuh ektopik.
• Makula dan papula Terasa gatal, rasa terbakar, dan nyeri
• Permukaan papula:Erosi atau deskuamasi
3. Plak
• Contoh: Leukoplakia→ lesi praganas (ada kecenderungan menjadi ganas)
4. Nodula (dungkul)
Ini serupa dengan papula tetapi terletak lebih dalam. Mereka bervariasi dalam ukuran dan biasanya lebih besar dibandingkan papula. Contoh daro nodul subkutan adalah nodul rematisme akut.
• Contoh: Iritasi fibroma
- Tumor jinak dari jaringan ikat yang terjadi karena iritasi kronis
(iritasi ringan yang terus menerus)
- Dapat hilang sendiri atau tidak, setelah iritasi kronis dihilangkan (misal eksisi)
5. Vesikula
Vesikel merupakan lepuh kecil yang dibentuk dengan akumulasi cairan dalam epidermis ; mereka biasanya diisi dengan cairan serosa dan ditemukan pada anak-anak yang menderita eksema
6. Bula (blister)
Vesikel yg berisi cairan
7. Pustula
merupakan vesikel besar yang mengandung serum, pus atau darah. Mereka ditemukan misalnya pada pemfigus neonatorum.
8. Keratosis
• Adalah penebalan yang tidak normal dari lapisan terluar epitel (stratum korneum).
• Warna: putih sampai keabuan.
• Contoh: linea alba bukalis, leukoplakia, lichen planus.
LESI PRIMER
1. Makula
• Ukuran:
- Titik sampai bercak
- Diameter beberapa mm hingga cm
• Warna:
Merah, coklat keputihan, dsb → Tergantung penyebabnya:
a. Berasal dari vaskularisasi
- Warna: merah kecoklatan
- Bila ditekan berwarna pucat
- Misal: hiperemia
b. Berasal dari pigmen darah
- Warna: merah kebiruan
- Misal: petechiae, purpura, ecchymoses (hematom)
c. Berasal dari pigmen melanin
- Warna: biru kecoklatan
- Misal: hiperpigmentasi
Hal ini merupakan perubahan dalam warna kulit. Mereka bervariasi dalam ukuran dan bentuk, dan tampak sebagai pewarnaan pada kulit. Makula dibentuk dari :
Deposit pigmen dalam kulit, misalnya frekles.
Keluarnya darah kedalam kulit, misalnya petekie.
Dilatasi permanen dari pembuluh kapiler, misalnya nevi.
Dilatasi sementara dari pembuluh darah kapiler, misalnya eritema.
2. Papula
Terdapat elevasi yang dapat diraba dari kulit yang bervariasi diameternya dari sekitar 1-5 mm. Permukaan dapat tajam, bulat atau datar. Mereka terletak superficial dan dibentuk dari proliferasi sel atau eksudasi cairan ke dalam kulit.
Suatu lesi padat menimbul superfisial, diameter >1cm
• Contoh:
- Lichen planus (pada mukosa) adalah papula keputihan.
- Fordyce’s spot adalah anomali pertumbuhan dmana kelenjar lemak tumbuh ektopik.
• Makula dan papula Terasa gatal, rasa terbakar, dan nyeri
• Permukaan papula:Erosi atau deskuamasi
3. Plak
• Contoh: Leukoplakia→ lesi praganas (ada kecenderungan menjadi ganas)
4. Nodula (dungkul)
Ini serupa dengan papula tetapi terletak lebih dalam. Mereka bervariasi dalam ukuran dan biasanya lebih besar dibandingkan papula. Contoh daro nodul subkutan adalah nodul rematisme akut.
• Contoh: Iritasi fibroma
- Tumor jinak dari jaringan ikat yang terjadi karena iritasi kronis
(iritasi ringan yang terus menerus)
- Dapat hilang sendiri atau tidak, setelah iritasi kronis dihilangkan (misal eksisi)
5. Vesikula
Vesikel merupakan lepuh kecil yang dibentuk dengan akumulasi cairan dalam epidermis ; mereka biasanya diisi dengan cairan serosa dan ditemukan pada anak-anak yang menderita eksema
6. Bula (blister)
Vesikel yg berisi cairan
7. Pustula
merupakan vesikel besar yang mengandung serum, pus atau darah. Mereka ditemukan misalnya pada pemfigus neonatorum.
8. Keratosis
• Adalah penebalan yang tidak normal dari lapisan terluar epitel (stratum korneum).
• Warna: putih sampai keabuan.
• Contoh: linea alba bukalis, leukoplakia, lichen planus.
10. Tumor
• Dapat berwarna apapun.
• Lokasi: pada jaringan lunak RM manapun.
• Klinis: Lesi bulat menimbul dan tumor menetap bertangkai/ulseri ditengahnya.
11. Gelegata
Gelegata merupakan elevasi sementara kulit yang disebabkan oleh edema dermis dan dilatasi kapiler sekitarnya. Biasanya berkaitan dengan respon alergi terhadap bahan asing.
LESI SEKUNDER
Skuama
Skuama merupakan lapisan tanduk dari epidermis mati yang menumpuk pada kulit yang dapat berkembang sebagai akibat perubahan inflamasi. Keadaan ini ditemukan pada psoariasis.
Krusta
Ini terbentuk dari serum, darah atau nanah yang mengering pada kulit. Masing-masing dapat dikenal dengan warna berikut : merah kehitaman (krusta darah), kuning kehitaman (krusta nanah), berwarna madu (krusta serum).
Fisura
Ini merupakan retakan kecil yang meluas melalui epidermis dan memaparkan dermis. Mereka dapat terjadi pada kulit kering dan pada inflamasi kronik.
Ulkus
Ulkus merupakan lesi yang terbentuk oleh kerusakan lokal dari seluruh epidermis dan sebagian atau seluruh korium di bawahnya.
1. EROSI
• Dapat sembuh tanpa jaringan parut.
• Contoh: Lichen Planus tipe erosif.
2. ULSER
• Rasa nyeri bertambah dan bila ditekan menimbulkan perdarahan karena kerusakan sampai lamina propia.
• Contoh: ulkus traumatikus; stomatitis aftosa rekuren.
3. FISURA
4. SIKATRIKS
5. DESKUAMASI
6. PSEUDOMEMBRAN
• Adalah membran palsu.
• Contoh: Kandidiasis Pseudomembran Akut.
7. ESCHARS
• Adalah cacat atau kerusakan pada kulit / mukosa akibat luka bakar.
8. KRUSTA
• Adalah lapisan luar yang terbentuk dari pengeringan eksudat.
• Contoh: Eritema Multiformis
Sumber
- Langlais,atlas berwarna kelainan rongga mulut
B. ULKUS
• Definisi
hilangnya
jar permukaan akibat mengelupasnya jar radang yang nekrotik sampai ke lamina
propria- Lesi yang terbentuk oleh kerusakan lokal- Lesi di mulut akibat
pecahnya selaput lendir atau eitel di bibir- Kerusakan jar yagng bisa di
sebabkan oleh trauma infeksi inflamasi.
hilangnya
kontinuitas epitel dan lamina propia dan membentuk kawah. Kadang secara klinis
tampak edema atau proliferasi sehingga terjadi pembengkakan pada jaringan sekitarnya.
Jika terdapat inflamasi, ulkus dikelilingi lingkaran merah yang mengelilingi
ulkus yang berwarna kuning ataupun abu-abu (Scully, 2004)
Ulkus adalah suatu luka terbuka dari
kulit atau jaringan mukosa yang memperlihatkan disintegrasi dan nekrosis jaringan
yang sedikit demi sedikit. Ulkus meluas melewati lapisan basal dari epitel dan
ke dalam dermisnya; karenanya pembentukan jaringan parut dapat mengikuti
penyembuhannya.
•
klasifikasi ulkus rongga mulut
ulkus akut- ulkus kronik
ulkus akut- ulkus kronik
Secara
klinis, ulkus dapat dibedakan menjadi tipe akut dan kronis. Ulkus akut biasanya
nyeri karena adanya inflamasi akut, tertutup eksudat, kuning putih, dikelilingi
halo eritematus dan batasnya tidak lebih tinggi dari permukaan mukosa dan
merupakan lesi yang dangkal. Ulkus kronis biasanya tidak terlalu sakit,
tertutup membran berwarna kuning, terjadi indurasi karena jaringan parut dan
dikelilingi tepi yang lebih tinggi dari permukaan mukosa (Sonis, 1995).
Macam-macam ulkus
ulkus
traumatikus = betuknya cekung dan oval , tepi§
daerah lesi akan tampak lebih muda bagian tengah ulkus berwarna kuning kelabu ,
biasanya karena trauma gosok gigi , jamur , biasanya terdapat di mukosa bibir ,
tepi2 lidah , dan mukosa keras , tergigit , tepi gigi yang tajam , trauma yg di
karenakan gigi palsu di nama kan ulkus decubitus
Ulkus
dekubitus adalahØ kerusakan atau
kematian kulit sampai jaringan dari bawah kulit bahkan menembus otot sampai
mengenai tulang, akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus – menerus
sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah.
Ø
Ulkus dekubitus adalah suatu keadaan kerusakan jaringan setempat yang
disebabkan oleh iskemia pada kulit (kutis dan subkutis) akibat tekanan dari
luar yang berlebihan. Umumnya terjadi pada penderita dengan penyakit kronik
yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulce
Ulkus
dekubitus adalah ulkus yang ditimbulkan karena tekanan yang kuat oleh berat
badan pada tempat tidur.
Luka dekubitus adalah nekrosis pada jaringan lunak antara tonjolan tulang dan permukaan padat, paling umum akibat imobilisasi.
• Penyebab
Cedera fisik- -kimia{ex karena alkohol}- Virus{ex Stomatitis aphtosa akibat virus herpes simplex }- Bakteri{ex TBC}- Jamus- Alergi- stres
Luka dekubitus adalah nekrosis pada jaringan lunak antara tonjolan tulang dan permukaan padat, paling umum akibat imobilisasi.
• Penyebab
Cedera fisik- -kimia{ex karena alkohol}- Virus{ex Stomatitis aphtosa akibat virus herpes simplex }- Bakteri{ex TBC}- Jamus- Alergi- stres
Penyebab
ulkus di rongga mulut dapat bermacam-macam, misalnya trauma, agen infeksi
(bakteri, virus, jamur, mikrobakteria), penyakit sistemik (stomatitis herpetik,
cacar air, HIV, sifilis, tuberculosis, anemia, eritema multiforme, Behcet’s
syndrome, lichen planus), drug-induced (obat-obat sitotoksik, NSAID), kelainan
darah (leukemia, neutropenia), kelainan imunologis, neoplasma (SSC atau BCC),
radioterapi, merokok, alkohol maupun kontak alergi (Scully, 2004; Sonis, 1995).
§
Trauma = ulkus traumatikus , ulkus decubitus
§
Agen infeksi ( jamur = sterpcococcus , virus = herpes simpleks (hiv) ,
protozoa = entamoeba histolica , mikrobakteria )
§
Psikolog = stress
§
alergi makanan
§
menstruasi
§
Pathogenesis
§
Chronic cheek / lip chewing (kebiasaan menggigit pipi)
§
Mengunyah pada alveolar, tidak pada gigi
• Gejala - Terdapat benjolan- Bintik berisi cairan- Kulit melapuh• Penatalaksanaan- terapi topikal- terapi sistemik
- penatalaksanaan
farmaa. steroid topikal- nonfarmaa. penanganan psikologis
lesi
ulceratiflesi yang di tandai oleh ulcer-ulcer(kerusakan lokal pada organ akibat
jar nekrotik terkelupas)ulkus traumatikussindrom behcetrecuren stomatitis
aphtosaulkus pseudo aphtosaaphtosa majorulcerasi herpetiformisulkus granulo
matosuskarsinoma sel squamosakemoterapi teraupetik
Pemeriksaan
khusus mungkin diperlukan jika terdapat kecurigaan adanya keterlibatan faktor
sistemik ataupun malignansi. Tes darah diindikasikan untuk mengesampingkan
defisiensi atau kondisi sistemik lainnya. Pemeriksaan mikrobiologi dan
serologis diindikasikan bila etiologi mikroba dicurigai. Biopsi diindikasikan
bila ulkus tungga bertahan lebih dari 3 minggu, terjadi indurasi, terdapat lesi
di kulit lainnya ataupun terkait dengan lesi sistemik (Scully, 2004).
Etiologi
a) Tekanan
b) Kelembaban
c) Gesekan
Patofisiologi
Tekanan imobilisasi yang lama akan mengakibatkan terjadinya dekubitus, kalau salah satu bagian tubuh berada pada suatu gradient (titik perbedaan antara dua tekanan). Jaringan yang lebih dalam dekat tulang, terutama jaringan otot dengan suplai darah yang baik akan bergeser kearah gradient yang lebih rendah, sementara kulit dipertahankan pada permukaan kontak oleh friksi yang semakin meningkat dengan terdapatnya kelembaban, keadaan ini menyebabkan peregangan dan angggulasi pembuluh darah (mikro sirkulasi) darah yang dalam serta mengalami gaya geser jaringan yang dalam, ini akan menjadi iskemia dan dapat mengalami nekrosis sebelum berlanjut ke kulit.
Manifestasi Klinis dan Komplikasi
a) Tanda cidera awal adalah kemerahan yang tidak menghilang apabila ditekan ibu jari.
b) Pada cidera yang lebih berat dijumpai ulkus dikulit.
c) Dapat timbul rasa nyeri dan tanda-tanda sistemik peradangan, termasuk demam dan peningkatan hitung sel darah putih.
d) Dapat terjadi infeksi sebagai akibat dari kelemahan dan perawatan di Rumah Sakit yang berkepanjangan bahkan pada ulkus kecil.
a) Tekanan
b) Kelembaban
c) Gesekan
Patofisiologi
Tekanan imobilisasi yang lama akan mengakibatkan terjadinya dekubitus, kalau salah satu bagian tubuh berada pada suatu gradient (titik perbedaan antara dua tekanan). Jaringan yang lebih dalam dekat tulang, terutama jaringan otot dengan suplai darah yang baik akan bergeser kearah gradient yang lebih rendah, sementara kulit dipertahankan pada permukaan kontak oleh friksi yang semakin meningkat dengan terdapatnya kelembaban, keadaan ini menyebabkan peregangan dan angggulasi pembuluh darah (mikro sirkulasi) darah yang dalam serta mengalami gaya geser jaringan yang dalam, ini akan menjadi iskemia dan dapat mengalami nekrosis sebelum berlanjut ke kulit.
Manifestasi Klinis dan Komplikasi
a) Tanda cidera awal adalah kemerahan yang tidak menghilang apabila ditekan ibu jari.
b) Pada cidera yang lebih berat dijumpai ulkus dikulit.
c) Dapat timbul rasa nyeri dan tanda-tanda sistemik peradangan, termasuk demam dan peningkatan hitung sel darah putih.
d) Dapat terjadi infeksi sebagai akibat dari kelemahan dan perawatan di Rumah Sakit yang berkepanjangan bahkan pada ulkus kecil.
LESI ULSERATIF
MACAM-MACAM LESI ULSERATIF
A. ULKUS TRAUMATIKUS
Trauma Etiologiàmnggosok gigi, tindik lidah, penyebabnya jamur.
Ulserasi oral kambuhan dapat disebabkan oleh beberapa hal, dimana trauma merupakan penyebab yang paling umum
Gambaran Klinis
-Ulkus tersebut biasanya tampak cekung dan oval bentuknya.
-Tepi daerah lesi akan tampak erithematous yang kemudian akan tampak lebih muda secara perlahan-lahan karena proses keratinisasi.
-Bagian tengah ulkus biasanya berwarna kuning-kelabu
Predilesi tempatà mukosa bibir &pipi, tepi2 lidah, palatum keras
B. SINDROM BEHCET
Etiologià Rx autoimun
mengalami ulserasi pada 3 tempat, yaitu: mata, rongga mulut dan kelamin.
-Photofobia, konjungtivitis(radang pada bag.mata), dan iritis kambuhan kronis pada mata.
-Ulkus yang terjadi mirip dengan apthousa terdapat pada rongga mulut(bibir dan pipi).
-Pada kulit terdapat bercak-bercak makulopapula dan noduler yang melepuh.
C. STOMATITIS APTHOUSA KAMBUHAN (RECURRENT APTHOUS STOMATITIS).
Recurrent Apthous Stomatitis (RAS) merupakan suatu penyakit yang ditendai dengan ulkus rekuren dan terbatas pada mukosa mulut padien yang tidak memiliki tanda-tanda penyakit lainnya (Lynch dkk, 1994). Ulkus pada RAS biasanya berbentuk bulat atau ovoid, mempunyai dasar nekrotik kekuningan dan dikelilingi oleh regio mukosa yang terinflamasi (Wood dan Gooz, 1997). Ulkus jenis ini dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan ukurannya, yaitu RAS minor, RAS mayor dan RAS herpetiform (Langlais dan Miller, 2003). RAS merupakan penyakit paling umum pada mukosa mulut sekitar 20% populasi (Sircus, 1984).
Gejala
gejala
seperti terbakar (prodormal burning) pada 2-48 jam sebelum ulser muncul. Selama
periode initial akan terbentuk daerah kemerahan pada area lokasi. Setelah
beberapa jam, timbul papul, ulserasi, dan berkembang menjadi lebih besar
setelah 48-72 jam.
Etiologi
terdapat
beberapa penelitian yang mencoba menemukan etiologi lesi ini. Menurut Sircus
(1984), faktor etiologi dikategorikan ke dalam 2 kategori besar, yaitu faktor
host dan faktor lingkungan. Faktor host yang berpengaruh antara lain genetik,
nutrisi, penyakit saluran pencernaan, hormon dan psikologi. Faktor lingkungan
yang berpengaruh adalah, infeksi, trauma, alergi dan merokok.
• Faktor herediter, misalnya kesamaan yang tinggi pada anak kembar, dan pada anak-anak yang kedua orangtuanya menderita RAS
• Hematologik defisiensi terutama zat besi, folat, vitamin B12
• Alergi terhadap makanan seperti susu, keju, gandum dan terigu
• Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya RAS ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita
• Abnormalitas immunologis atau hipersensitif terhadap organisme oral seperti
Streptococcus sanguis
• Trauma lokal
• Stress psikologis
• Pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari RAS. Pembentukan ulser pada perokok yang dahulunya bebas simtom, ketika kebiasaan merokok dihentikan
• Faktor herediter, misalnya kesamaan yang tinggi pada anak kembar, dan pada anak-anak yang kedua orangtuanya menderita RAS
• Hematologik defisiensi terutama zat besi, folat, vitamin B12
• Alergi terhadap makanan seperti susu, keju, gandum dan terigu
• Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya RAS ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita
• Abnormalitas immunologis atau hipersensitif terhadap organisme oral seperti
Streptococcus sanguis
• Trauma lokal
• Stress psikologis
• Pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari RAS. Pembentukan ulser pada perokok yang dahulunya bebas simtom, ketika kebiasaan merokok dihentikan
macam-macam
:
1. Minor Apthous Ulcer
Ulkus tipe ini merupakan jenis yang paling sering dijumpai. Ulkus kecil tunggal atau multipel pada mukosa bukal, mukosa labial, dasar mulut atau lidah. Ulkus berukuran kurang dari 5 mm, sembuh dalam durasi 7 – 14 hari, sembuh tanpa diikuti pembentukan jaringan parut. Tanda klinis berupa dasar ulkus berwarna abu-abu kuning, tepi kemerahan, berbentuk oval dan terasa sakit
2. Major Apthous Ulcer
Ulkus tipe ini terjadi pada 10-15% kasus. Ulkus berukuran lebih besar dengan diameter lebih dari 5 mm, durasi penyembuhan 2 minggu – 3 bulan, sembuh dengan jaringan parut dan berlokasi pada mukosa berkeratin dan non-keratin terutama pada palatum mole dan area tonsilar.
3. Herpetiform Apthous Ulcer
Ulkus ini terjadi pada 5-10% kasus, berukuran kecil dengan diameter 1-2 mm, multipel, durasi 7-14 hari, sembuh tanpa jaringan parut, dapat terdiri dari 20-200 ulkus yang timbul simultan lokasi pada mukosa non keratin, terutama pada dasar mulut dan ventral lidah. Dasar ulkus berwarna abu-abu tanpa gambaran garis eritematus mirip dengan ulkus hasil infeksi Herpes Simplex Virus (HSV).
Faktor etiologi RAS berpengaruh pada patogenesisnya. Sampai sekarang masih belum ditemukan etiologi dan patogenesis yang meusakan mengenai RAS, namun terdapat beberapa penelitian yang mencoba menemukan etiologi lesi ini. Menurut Sircus (1984), faktor etiologi dikategorikan ke dalam 2 kategori besar, yaitu faktor host dan faktor lingkungan. Faktor host yang berpengaruh antara lain genetik, nutrisi, penyakit saluran pencernaan, hormon dan psikologi. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah, infeksi, trauma, alergi dan merokok.
Menurut Lynch (1994), tujuan utama terapi ulkus adalah untuk mengurangi inflamasi, menghilangkan rasa sakit dan tidak nyaman serta mempercepat penyembuhan. Penentuan terapi ulkus tudak dapat dipisahkan dari faktor penyebab ulkus itu sendiri. Penjagaan kebersihan rongga mulut dapat membantu dalam penyembuhan ulkus, terutama untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Penggunaan chlorhexidine sebagai obat kumur dua kali sehari atau jangka waktu yang pendek. Chlorhexidine tidak dapat digunakan pada semua pasien karena alkohol yang terkandung di dalamnya dapat menimbulkan rasa pedih pada pasien.
Pengurangan rasa sakit pada ulkus dapat dilakukan melalui pengobatan secara simptomatik. Rasa sakit pada rongga mulut dapat diobati secara topikal maupun sistemik. Cara topikal lebih banyak dipilih dibandingkan dengan cara sistemik karena efek samping pengobatan topikal lebih rendah jika dibandingkan dengan terapi sistemik. Apabila ulkus masih belum sembuh juga, obat jenis kortikosteroid dapat dianjurkan (Lynch, 1994). Sediaan krin, gel dan inhaler dapat berasa lebih pahit dan gel dapat mengiritasi. Pasien sebaiknya tidak makan atau minum selama 30 menit setelah pengolesan steroid supaya memperpanjang waktu kontak. Agen imunomodulator topikal lainnya juga dapat dianjurkan berbarengan dengan kortikosteroid topikal (Scully, 2004).
Gambaran Klinis
-Karakteristik lesi ini adalah tampak ulkus berbentuk oval kekuningan, kecil dengan tepi merah
-Terletak pada daerah tanpa keratin yang dapat digerakkan.
letak : mukosa pipi, mukosa bibir, dasar mulut, palatum lunak dan lidah.
1. Minor Apthous Ulcer
Ulkus tipe ini merupakan jenis yang paling sering dijumpai. Ulkus kecil tunggal atau multipel pada mukosa bukal, mukosa labial, dasar mulut atau lidah. Ulkus berukuran kurang dari 5 mm, sembuh dalam durasi 7 – 14 hari, sembuh tanpa diikuti pembentukan jaringan parut. Tanda klinis berupa dasar ulkus berwarna abu-abu kuning, tepi kemerahan, berbentuk oval dan terasa sakit
2. Major Apthous Ulcer
Ulkus tipe ini terjadi pada 10-15% kasus. Ulkus berukuran lebih besar dengan diameter lebih dari 5 mm, durasi penyembuhan 2 minggu – 3 bulan, sembuh dengan jaringan parut dan berlokasi pada mukosa berkeratin dan non-keratin terutama pada palatum mole dan area tonsilar.
3. Herpetiform Apthous Ulcer
Ulkus ini terjadi pada 5-10% kasus, berukuran kecil dengan diameter 1-2 mm, multipel, durasi 7-14 hari, sembuh tanpa jaringan parut, dapat terdiri dari 20-200 ulkus yang timbul simultan lokasi pada mukosa non keratin, terutama pada dasar mulut dan ventral lidah. Dasar ulkus berwarna abu-abu tanpa gambaran garis eritematus mirip dengan ulkus hasil infeksi Herpes Simplex Virus (HSV).
Faktor etiologi RAS berpengaruh pada patogenesisnya. Sampai sekarang masih belum ditemukan etiologi dan patogenesis yang meusakan mengenai RAS, namun terdapat beberapa penelitian yang mencoba menemukan etiologi lesi ini. Menurut Sircus (1984), faktor etiologi dikategorikan ke dalam 2 kategori besar, yaitu faktor host dan faktor lingkungan. Faktor host yang berpengaruh antara lain genetik, nutrisi, penyakit saluran pencernaan, hormon dan psikologi. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah, infeksi, trauma, alergi dan merokok.
Menurut Lynch (1994), tujuan utama terapi ulkus adalah untuk mengurangi inflamasi, menghilangkan rasa sakit dan tidak nyaman serta mempercepat penyembuhan. Penentuan terapi ulkus tudak dapat dipisahkan dari faktor penyebab ulkus itu sendiri. Penjagaan kebersihan rongga mulut dapat membantu dalam penyembuhan ulkus, terutama untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Penggunaan chlorhexidine sebagai obat kumur dua kali sehari atau jangka waktu yang pendek. Chlorhexidine tidak dapat digunakan pada semua pasien karena alkohol yang terkandung di dalamnya dapat menimbulkan rasa pedih pada pasien.
Pengurangan rasa sakit pada ulkus dapat dilakukan melalui pengobatan secara simptomatik. Rasa sakit pada rongga mulut dapat diobati secara topikal maupun sistemik. Cara topikal lebih banyak dipilih dibandingkan dengan cara sistemik karena efek samping pengobatan topikal lebih rendah jika dibandingkan dengan terapi sistemik. Apabila ulkus masih belum sembuh juga, obat jenis kortikosteroid dapat dianjurkan (Lynch, 1994). Sediaan krin, gel dan inhaler dapat berasa lebih pahit dan gel dapat mengiritasi. Pasien sebaiknya tidak makan atau minum selama 30 menit setelah pengolesan steroid supaya memperpanjang waktu kontak. Agen imunomodulator topikal lainnya juga dapat dianjurkan berbarengan dengan kortikosteroid topikal (Scully, 2004).
Gambaran Klinis
-Karakteristik lesi ini adalah tampak ulkus berbentuk oval kekuningan, kecil dengan tepi merah
-Terletak pada daerah tanpa keratin yang dapat digerakkan.
letak : mukosa pipi, mukosa bibir, dasar mulut, palatum lunak dan lidah.
·
DD(deferential Diagnose)
-RAS adalah penyebab paling umum dari ulkus oral berulang dan pada dasarnya didiagnosis dengan pengecualian penyakit lain
Detail sejarah dan pemeriksaan oleh pengetahuan klinis harus distuingish RAS dari lesi primer akut seperti stomatitis virus atau dari beberapa lesi kronis seperti pemphigus atau pemphigoid, serta dari kondisi lain yang terkait dengan bisul berulang seperti penyakit jaringan ikat, reaksi obat dan kekacauan dermatologi
-Pseudo apthousa
-RAS adalah penyebab paling umum dari ulkus oral berulang dan pada dasarnya didiagnosis dengan pengecualian penyakit lain
Detail sejarah dan pemeriksaan oleh pengetahuan klinis harus distuingish RAS dari lesi primer akut seperti stomatitis virus atau dari beberapa lesi kronis seperti pemphigus atau pemphigoid, serta dari kondisi lain yang terkait dengan bisul berulang seperti penyakit jaringan ikat, reaksi obat dan kekacauan dermatologi
-Pseudo apthousa
·
Terapi
Perawatan RAS biasanya berupa perawatan suportif. Tujuan utama dari perawatan ini adalah untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan. Obat-obat yang biasa digunakan adalah kortikosteroid topikal, analgesik, dan antimikroba. Untuk kasus ringan dapat diaplikasikan obat topikal seperti orabase. Sebagai pereda rasa sakit dapat diberikan topikal anestesi.
Kasus berat dapat diaplikasikan preparat kortikosteroid topikal, seperti triamcinolon atau fluorometholon (2-3 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur). Tetrasiklin obat kumur dan gel dapat mempersingkat waktu penyembuhan ulser. Pada pasien ulser major atau multiple ulser minor yang parah yang tidak responsif terhadap terapi topikal, diberikan terapi sistemik.
Untuk menghindari terjadinya RAS, diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama pada makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Selain itu, dianjurkan juga untuk menghindari stres.
Aplikasi anestesi topikal atau pemberian obatkumur anestetik dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri pada lesi. dalam. Rasa nyeri pada lesi dapat dikurangi dengan pemberian obat kumur anestetik. Pemberian antiseptik kumur seperti clorhexidine terbukti dapat mengurangi nyeri walaupun tidak begitu nyata.
Antibiotik broad spectrum seperti penisilin dapat digunakan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri terutama jika lesi ulkus parah dan dalam.
d. antibiotika, analgetika (bila diperlukan)
Perawatan RAS biasanya berupa perawatan suportif. Tujuan utama dari perawatan ini adalah untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan. Obat-obat yang biasa digunakan adalah kortikosteroid topikal, analgesik, dan antimikroba. Untuk kasus ringan dapat diaplikasikan obat topikal seperti orabase. Sebagai pereda rasa sakit dapat diberikan topikal anestesi.
Kasus berat dapat diaplikasikan preparat kortikosteroid topikal, seperti triamcinolon atau fluorometholon (2-3 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur). Tetrasiklin obat kumur dan gel dapat mempersingkat waktu penyembuhan ulser. Pada pasien ulser major atau multiple ulser minor yang parah yang tidak responsif terhadap terapi topikal, diberikan terapi sistemik.
Untuk menghindari terjadinya RAS, diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama pada makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Selain itu, dianjurkan juga untuk menghindari stres.
Aplikasi anestesi topikal atau pemberian obatkumur anestetik dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri pada lesi. dalam. Rasa nyeri pada lesi dapat dikurangi dengan pemberian obat kumur anestetik. Pemberian antiseptik kumur seperti clorhexidine terbukti dapat mengurangi nyeri walaupun tidak begitu nyata.
Antibiotik broad spectrum seperti penisilin dapat digunakan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri terutama jika lesi ulkus parah dan dalam.
d. antibiotika, analgetika (bila diperlukan)
D. ULKUS PSEUDO-APTHOUSA
Etiologià Defisiensi nutrisi
Gambaran Klinis
-Ulkus blat-oval, kekuning-kuningan, cekung terletak pada mukosa tanpa keratin yang dapat digerakkan.
Predilesi Daerah-daerah yang umum terserang meliputi mukosa Tempat mukosa pipi, dasar mulut lidah, dan kadang-kadang palatumàbibir, lunak. Lidah dapat menunjukkan paila-papila yang atrofi.
E. APTHOUSA MAJOR
Etiologià Belum diketahui
Gambaran Klinis
-Multipel
-Ulkus asimetris dan unilateral
-Lesi sering disertai dengan inflamasi, diameter besar dan bagian tengahnya nekrotik serta cekung, sakit, tepi lesi kemerahan,
-Dapat sembuh dalam beberapa minggu atau bulan, recurrent
Predilesi Tempat : palatum lunak,mukosa bibir&pipi,lidah;dpt meluas ke gusi cekat
F. ULSERASI HERPETIFORMIS
Etiologià virus herpes simplek (HSV), biasanya tipe 1
Gambaran Klinis
-Ulkus timbul berkelompok dengan diameter 1 – 2 mm, multipel, bergabung dan batasnya tidak jelas
-Mukosa di sekitar ulkus kemerahan dan sakit, periode inkubasi 3-7 hari.
Predilesi Tempatà ujung anterior lidah, mukosa bibir, dasar mulut
G. ULKUS GRANULOMATOSUS
Gambaran Klinis
-Ulkus bulat, tanpa gejala, biasanya terjadi pada dorsum lidah atau sudut bibir.
-Seringkali bersama-sama dengan limfadenopati leher dan gangguan pernafasan primer.
-Penyakit mulut timbul setelah infeksi paru-paru yang lamanya berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. ulkus oral dapat menetap selama berbulan-bulan sampai bertahn-tahun jika penyakit yang menjadi dasar tidak dirawat.
H. KARSINOMA SEL SQUAMOSA
Lesi ini sering kali tampak sebagai ulkus, dalam tahap ini biasanyaàEtiologi kecil, tidak sakit dan tidak mengalami ulserasi. Teapi sifat menetap dari ulkus tersebut akan mengakibatkan proliferasi neoplastik yang akan segera akan mempengaruhi pasokan darah sehingga akan mnenjadi telengiektasia dan pembetukan ulkus yang lebih besar.
Gambaran Klinis
-Kebas, leokoplakia, eritroplakia, keras, lengket, berjamur dan limfodenopati.
-Keganasan lesi ini berjalan lambat dan seringkali baru Nampak setelah ukurannya meningkat.
-Ulkus kekuning2an,tanpa sakit dg tepi2 keras merah
I. KEMOTERAPI TERAUPETIK
Lesi ini dapat timbul akibat penggunaan obat-obatan imunosupresan untuk Etiologiàberbagai penyakit serius
Gambaran Klinis
-Adanya ulserasi tidak teratur pada bibir, mukosa bibir, pipi, lidah dan palatum.
-Lesi ini sangat sakit dan mengganggu mastikasi dan penelanan.
Predilesi Tempatà bibir, mukosa pipi, lidah, dasar mulut, palatum
LESI VESSIKOBULOSA
MACAM-MACAM LESI VESIKOBULOSA
1. Herpes Zoster
Etiologià pengaktifan kembali virus Varicella
Gambaran Klinis :
-Lesi-lesinya adalah vaskuler, ulseratif
-Biasanya sangat sakit
-Umumnya mengenai bibir, lidah, dan mukosa pipi.
Tampak adanya Lesi Lepuh2 vesikuler dan pustuler(vesikel kecil yg t’infeksi dan berisi nanah) unilateral yg tmbul stlah 1-3 hr.
Gejala herpesàGejala dari herpes jenis ini adalah pada 3-4 hari sebelum timbulnya zoster, penderita merasa tidak enak badan, menggigil, demam, mual, diare atau sulit berkemih. Terkadang penderita merasakan nyeri, kesemutan atau gatal di kulit yang terkena.
Gejala lain, muncul sekumpulan lepuhan kecil berisi cairan dikelilingi oleh daerah kemerahan. Lepuhan ini hanya terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf yang terkena. Lepuhan paling sering muncul di batang tubuh dan biasanya hanya mengenai satu sisi (kanan saja atau kiri saja). Daerah yang terkena biasanya peka terhadap berbagai rangsangan (termasuk sentuhan yang sangat ringan) dan bisa terasa sangat nyeri.
Patofisiologi Penyebab herpes zoster adalah virus varicella-zoster, virus menyebabkan cacar air. Infeksi awal virus varicella-zoster (yangàyang juga bisa berupa cacar air) berakhir dengan masuknya virus ke dalam ganglia (badan saraf) pada saraf spinalis maupun saraf kranialis dan virus menetap disana dalam keadaan tidak aktif. Herpes zoster tejadi jika virus kembali aktif. Kadang pengaktivan kembali virus ini terjadi jika terdapat gangguan pada sistem kekebalan akibat suatu penyakit (misalnya karena AIDS atau penyakit Hodgkin) atau obat-obatan yang mempengaruhi sistem kekebalan. Biasanya, penyebab dari pengaktivan kembali virus ini tidak diketahui.
2. GHP Gingivostomatitis Herpetika Primer
Gingivostomatitis herpetika primer adalah suatu penyakit yang ditandai dengan lesi ulserasi pada lidah, bibir, mukosa gingiva, palatum durum dan molle.
Etiologi Gingivostomatitis herpetika primer merupakan bentuk tersering infeksi HSV tipe 1 pada rongga mulut. Gingivostomatitis Herpetika Primeràdari lebih banyak terjadi pada anak dan remaja
Gambaran Klinis
-Tepi Gusi b’warna Merah Padam
-Pembengkakan pd Papila Interdental, multipel.
Gambaran klinis bersifat
akut, demam, anoreksia. Pada intraoral terdapat gingivitis, lesi vesikula pada mukosa oral, lidah dan bibiràkemudian pecah dan terjadi ulserasi.
Gejalaà tepi gusi yang berwarna merah padam dan edema
-pembengkakan pada papilla interdental
-mudah terjadi pendarahan.
-disertai simptom demam, anoreksia, limfadenopati dan sakit kepala.
Petofisiologi GHP memiliki Periode inkubasi hingga 2 minggu. Fase ditandai malaise dan kelelahan, sakit otot dan kadang sakitàprodromal tenggorokan. Pada tahap awal nodus limfe submandibular sering membesar dan sakit. Fase prodromal ini berlangsung 1-2 hari dan diikuti dengan timbulnya lesi oral dan kadang sirkumoral. Vesikula kecil berdinding tipis dikelilingi dasar eritematous yang cenderung berkelompok timbul pada mukosa oral. Vesikula kemudian pecah dengan cepat dan menimbulkan ulser bulat dangkal. Ulser dapat terjadi pada semua bagian mukosa mulut.
3. Herpangina
herpangina) adalah penyakit akut yang sembuh sendiri tanpa pengobatan, penyakit virus yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, berupa demam, sakit tenggorokan disertai lesi pada faring berukuran 1 – 2 mm berbentuk papulovesikuler berwarna abu-abu dengan dasar eritematus dan berkembang secara perlahan menjadi lesi yang sedikit lebih besar. Lesi ini yang biasanya muncul pada dinding anterior faucium dari tonsil, palatum molle, uvula dan tonsilnya sendiri, muncul sekitar 4 – 6 hari sesudah mulai sakit. Penyakit ini tidak fatal.
Gambaran Klinis
-Vesikel berpapil abu-abu muda yang pecah membentuk ulkus-ulkus yang dangkal, besar, dan multipel.
-Lesi ini mempunyai tepi erithematous dan berbatas pada pilar-pilaranterior, palatum lunak, uvula, dan tonsil.
gejala : faringitis,sakit kepala,demam,limfangitis
4. Varicella
Varisela adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus varisela-zoster (vvz). Penyakit ini terutama mengenai anak-anak dan merupakan infeksi primer vvz pada individu yang rentan (imunokompromais). Virus masuk kedalam tubuh manusia melalui mukosa saluran nafas atas dan orofaring, menuju kelenjar getah bening regional, kemudian terjadi multiplikasi virus masuk kedalam peredaran darah diikuti oleh viremia primer. Virus masuk ke sel sistem retikuloendotelial yang merupakan tempat replikasi utama virus selama masa inkubasi. Dua minggu setelah infeksi, terjadi viremia sekunder yang menyebabkan demam, malese dan timbul lesi di kulit dan mukosa. Setelah sembuh, virus dalam keadaan dorman pada sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris yang pada keadaan tertentu dapat mengalami reaktivasi bermanifestasi sebagai herpes zoster.
Etiologià Varicella Zoster
Gambaran Klinis
-Vesikel pd kulit dan wajah yg mirip tetesan embun
-Scra intra oral ulkusnya tmpak pd palatum mole, mukosa pipi dan lipatan mukobukal
gejala : Menggigil,demam
Patofisiologi Infeksi virus ini akan menimbulkan ruam berwarna merah dan tersebut bermula dengan bintik merah kecil yang terlihat sepertiàgatal.Ruam jerawat atau gigitan serangga. Bintik-bintik ini kemudian berkembang menjadi kantong-kantong berdinding tipis dan berisi cairan yang awalnya berwarna bening, namun berubah menjadi kelabu. Setelah dua hingga empat hari, kantong-kantong itu pun pecah sehingga menjadi luka terbuka, mengering, lalu mengering dan berubah ke warna coklat.
Satu atau dua hari sebelum ruam muncul, si anak akan mengalami demam, sakit perut, sakit tenggorokan, sakit kepala, atau lemas.
5. Pemphigous Vulgaris
Etiologià Rx Autoimun
Gambaran Klinis
-Bula yg mdah pcah serta mninggal kan ulser yg tdk teratur(dimulut)
-Lepuh bsar t’utama d daerah yyg teerkena trauma(dikulit)
Patofisiologi Pemphigus vulgaris adalah penyakit autoimmune berupa bula bersifat kronik, dapat mengenai membran mukosa maupun kulit danàyang ditemukannya antibodi IgG yang bersirkulasi dan terikat pada permukaan sel keratinosit, menyebabkan timbulnya suatu reaksi pemisahan sel-sel epidermis diakibatkan karena tidak adanya kohesi antara sel-sel epidermis, proses ini disebut akantolisis dan akhirnya terbentuknya bula di suprabasal.
6. Sindrom Sjogren
Etiologià Rx Autoimun
Gambaran Klinis
-Produksi keringat berkurang, pmbengkakan kelenjar, xerostomia(hiposaliva)
Gejala mata.àGejala-gejala utama pada sindrom ini adalah kekeringan mulut dan Lainnya, sindrom Sjögren juga dapat menyebabkan kekeringan pada kulit, hidung, dan vagina. Sindrom ini juga dapat mempengaruhi organ lainnya seperti ginjal, pembuluh darah, paru-paru, hati, pankreas, dan otak.
Sindroma Sjogren (SS) merupakan inflamasi kronik dan penyakit autoimun yang dikarakteristikkan dengan hipofungsi eksokrin dan kelainan serologis yang menyebabkan kekeringan pada mulut, mata dan pembesaran kelenjar parotis. Etiologi dari penyakit ini masih belum diketahui, namun banyak ilmuwan meyakini kondisi ini memiliki keterkaitan dengan gangguan autoimunitas. Keluhan xerostomia merupakan keluhan utama yang memicu terjadinya gangguan fungsi pada penderita seperti kesulitan berbicara, makan, dan bahkan menelan. Penderita SS yang memakai gigitiruan juga akan mengeluhkan adanya kesukaran dalam menggunakan protesa. Diagnosa penyakit ini dapat ditegakkan dengan beberapa metode pemeriksaan seperti metode scintigraf, metode schirmer dan metode sialografi. Sebagai tambahan dilakukan biopsi untuk memastikan diagnosa dari penyakit sindrom sjogren ini Tujuan dari perawatan SS adalah untuk meredakan simtom dan mengurangi resiko kerusakan dalam jangka waktu panjang. Perawatan ini dapat dilakukan dengan merangsang produksi saliva baik secara lokal maupun sistemik hingga dengan menggunakan saliva pengganti
artikel ini di dapat dari:
dr. Suparyanto, M.Kes
0 Response to " JENIS DAN KLASIFIKASI LESI KULIT"
Post a Comment