.
.
makalah ilmu mantiq(lafadz)
MAKALAH
LAFADZ
Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas
Mata kuliah ilmu
mantiq yang di ampu oleh:
Bpk Hartanto, M.Pd.I
Di susun oleh :
FAKULTAS PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SULTAN
FATAH DEMAK
KAMPUS 2 KARANGAWEN
2013
Kata pengantar
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha esa karena dengan rahmat,karunia,serta
taufik dan hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini sebatas
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki . dan juga kami ber terimakasih kepada
bapak Ahmad Hartanto selaku dosen mata kuliah Ilmu Mantiq yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai lafadz. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam menyusun tugas
ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kita harapkan. Untuk
itu,kami berharap adanya kritik ,saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang,mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah
sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya.sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Daftar isi
Halaman
Halaman judul
Kata
pengantar…………………………………………………………………………………..
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
Latar
belakang…………………………………………………………………………………...
Rumusan makalah……………………………………………………………………………….
Kegunaan………………………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian dan
pembagian
lafadz...........................................................................................
2.
Taqabul...................................................................................................................................
3. Lafadz kulli dan
pembagiannya..............................................................................................
4. Ta’rif dan
syarat-syaratnya.....................................................................................................
5.
Taqsim....................................................................................................................................
BAB III PENUTUP
1.1 kesimpulan
1.2 Daftar
pustaka.......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lafadz
adalah satu nama yang diberikan pada rangkaian huruf abjad atau susunan
beberapa huruf yg mempunyai arti. Jika lafadz tidak mempunyai arti maka
rangkaian huruf itu tidak dapat disebut sebagai lafadz.
B. Rumusan masalah
a) Apa
pengertian lafadz dan pembagian lafadz?
b) Macam-macam
taqabul?
c) Lafadz
kulli dan pembagiannya?
d) Apa
pengertian ta’rif dan apa saja syarat-syaratnya?
e) Taqsim?
Sistematika Pembahasan
Makalah ini di susun
dengan sistematik sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
BAB III Penutup
Daftar pustaka
C. Tujuan Penulisan
o Tujuan
Umum
Untuk memenuhi satu
diantara syarat dari tugas mata kuliah ilmu mantiq
o Adapun
tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah:
Agar mahasiswa mengetahui
tentang lafadz dan lain-lain
D. Kegunaan
Diharapkan
makalah ini dapat memberi manfaat bagi:
1. Mahasiswa
dan Dosen
Hasil
makalah ini bisa menjadi masukan dan pengetahuan serta menambah wawasan bagi
maha siswa dan dosen dalam memahami dan mempelajari ilmu mantiq.
2. Khasanah
Ilmu Pengetahuan
Hasil
makalah ini di harapkan bisa menjadi sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.PENGERTIAN DAN
PEMBAGIAN LAFADZ
1) Pengertian
lafadz
Lafadz
dalam bahasa arab, adalah kata-kata dalam bahasa Indonesia. Lafadz adalah satu
nama yang diberikan pada rangkaian huruf abjad atau susunan beberapa huruf yg
mempunyai arti. Jika lafadz tidak mempunyai arti maka rangkaian huruf itu tidak
dapat disebut sebagai lafadz.
2) Pembagian
lafadz
A. lafazh
Mufrad (مفرد )
Lafazh
mufrad terdiri dari dua kata yaitu, lafazh dan Mufrad. lafazh artinya
kata-kata, sedangkan Mufrad artinya
satu kata. Dlam istilah ilmu mantiq, lafazh adalah
kata-kata yang tidak mempunyai bagian yang masing-masing bagian itu menunjuk
kepada makna yang dikandungnya sendiri.
a. Berdasarkan
bagian-bagian katanya lafadz
mufrad terbagi :
a) Lafazh
yang tidak mempunyai suku kata sama sekali, misalnya lafadz yang terdiri dari
satu huruf.
b) Lafazh
yang mempunyai bagian kata (huruf), tetapi jika dipisahkan, bagian itu tidak
mempunyai arti sama sekali.
c) Lafazh yang mempunyai bagian kata dan
masing-masing bagian itu mempunyai arti sendiri. Rangkaian
kata seperti ini dalam bahasa Arab disebut Mudhaf dan Mudhaf ilaih.
d) Lafadz
yang mempunyai bagian-bagianó yang
masing masing mempunyai arti sendiri.
b. Pembagian
Lafazh Mufrad
1.Isim ; adalah lafazh (kata-kata)
yang mempunyai arti sendiri tanpa terikat dengan waktu,
2.Fi’il
adalah lafazh (kata-kata) yang mempunyai artis sendiri yang terikat dengan
waktu.
3.Adat
adalah (menurut ilmu Nahwu) = harf seperti Bi, Min, wa, ila dll.
v Pembagian Isim
Dilihat dari segi Mafhum (konsep yang dikandungnya), isim terbagi ;
1. Kulli
(isim kulli) adalah lafazh mufrad yg ketika disebutkan lantas
menunjukkan kepada semua arti atau maknanya.
2.
Juz’i (isim juz’i) adalah lafazh mufrad yg ketika disebutkan lantas
menunjukkan kpd satu bagian saja dari kesluruhan makna yg terkandung oleh lafzh
kulli.
o Pembagian
Kulli dan Juz’i
Kulli
dan Juz’i dilihat dari pengertiannya :
§ Kulli artinya
menetapkan suatu ketentuan (hukum) atas sesuatu secara menyeluruh.
§ Kulliyat artinya
menetapkan suatu ketentuan atas sesuatu secara satu persatu.
o Juz’i
dan Juz’iyat
§ Juz’i artinya
menetapkan sesuatu ketentuan (hukum) atas sebagian secara keseluruhan dari yg
sebagian itu.
§ Juz’iyat artinya
menetapkan sesuatu ketentuan (hukum) atas sebagian secara masing-masing dari yg
sebagian itu.
v Bagian Isim
§ Muhashal adalah lafazh mufrad yang menunjuk kepada
suatu benda yang ada atau suatu sifat yang ada.
§ Ma’dul adalah Lafazh mufrad yang menunjuk kepada
ketidakadaan sesuatu atau ketidakadaan sifat (kebalikan Muhashal).
§ ‘Adami adalah
lafazh mufrad yang menunjuk kepada ketidakadaan sifat yang lazimnya ada.
B. Lafazh
Murakkab (مركب)
Lafazh
murakkab terdiri dari dua kata yaitu Lafazh dan Murakkab. Lafzah artinya
kata-kata dan murakkab artinya
disusun atau dirangkai. Jadi, lafazh
murakkab artinya kata-kata yang
disusun atau dirangkai baik dari 2, 3, 4, ataupun lebih dari itu.
a. Pembagian
Lafazh Murakkab
Di
bagi menjadi 2:
1. Lafazh Murakkab Tam, adalah kata-kata yang dirangkai atau disusun
sedemikian rupa sehingga memberi pengertian yang lengkap. Dalam bahasa
Indonesia, murakkab tam disebut kalimat efektif atau kalimat sempurna.
2. Lafazh
Murakkab Naqish, adalah rangkaian kata
yang belum memberikan pengertian efektif atau sempurna (kalimat gantung).
v Pembagian
Murakab Tam
Di
bagi menjadi 2:
1. Murakkab
Khabari, adalah
murakkab tam yang isinya mungkin benar dan mungkin juga salah (mengandung
keraguan).
2. Murakkab
Insya’i, adalah
murakkab tam yang tidak mungkin benar dan tidak mungkin pula salah.
2.TAQABUL
Lafadh yang semacam
ini disebut lafadh mutaqabilah (berimbang). Kalau kita perhatikan tiap-tiap
lafadh itu, tidak dapat kumpul dlam satu waktu dan satu tempat. Maka dari itu
dapat kami ambil kesimpulan bahwa ta’rif taqabul lafadh ialah sebagai berikut:
1. Lafadh
yang maknanya tak dapat kumpul dalam suatu barang dan dalam suatu hokum.
2. Lafadh
yang maknanya tak dapat kumpul dalam suatu barang pada waktu yang sama.
v Macam-macam taqabul
Taqabul itu di bagi menjadi beberapa
macam,yaitu;
a. Taqabul
naqidhain(contra dictories) yaitu dua lafadh yang tidak akan
dapat berkumpul bersama-sama dalam satu maudhu dan satu waktu, contohnya
ialah: manusia tak manusia, hewan tak hewan, genap tak genap, dan sebagainya.
b. Taqabul
dhidaini(cotraries) ialah dua keadaan yang ada yang tak dapat
kumpul keduanya dalam satu waktu, tapi kemungkinan keduanya itu hilang semuanya
dalam waktu itu juga, karna adanya keadaan yang lain dari keduanya. Contoh
taqabul dhidaini seperti: hitam dan puti, panas dan sejuk, duduk dan berdiri,
dan sebagainya.
c. Taqabul
mutadhayifain(alternative term) yaitu satu sama lain sandar
menyandarkan. Contoh dari taqabul mutadhayifain seperti: bapak dan anak, murid
dan guru, mubtada dan khabar, dan sebagainya.
3.LAFADZ
KULLI DAN PEMBAGIANNYA
1). Pengertian
lafadz kulli
Lafadz kulli adalah suatu lafadz yang mengandung beberapa
afrad. Seperti lafadz
rumah artinya mencakup segala/semua
macam-macam rumah. Lafadz ini terbagi pada beberapa bagian. Ada lafadz kulli
yang afradnya wujud/nyata, dan ada yang tidak wujud/nyata atau tidak ada dalam
kenyataan atau mustahil (menurut akal atau adat).
2). Macam-macam kulli
A. Kulli Dzatiah
Lafadz kulli dzatiah adalah lafadz yang
menunjukkan kepada mahiyah (hakekat) sepenuhnya, dan kepadanya diajukan
pertanyaan ”apa dia”.
a) Kulli dzatiah ini dibagi menjadi tiga, yakni:
a. Jins, adalah: kulli yang sesuai dengan afraddari bermacam-macam
hakekat yang berlawanan. Jins adalah bagian dari mahiyah yang sama antara satu
mahiyah dengan mahiyah yang menjadi tempat bernaungdari macam-macam kulliyah
yang lebih khusus.
b. Nau’, kata nau’ berasal dari bahasa arabyang berarti ragam, jenis,
macam dan sebagainya. Maksudnya adalah, ragamnya suatu hakekat, yang berkumpul
pada yang lebih umum, tetapi dibawah kulli, seperti: manusia/insan, hakekatnya
Ali, Muhammad, Umar dan lain-lain.
Nau’ sendiri dibagi menjadi dua:
Nau’ haqiqi, adalah lafadz kulli yang berada dibawah
jins, sedang masadaqnya merupakan hakekat yang sama, nau’ haqiqi tidak ada lagi
dibawahnya kecuali afrad-afrad saja.
Nau’ Idhafi atau nau’ tambahan, adalah nau’ yang jenisnya dibagi sama,
seperti: tinggi, rendah pertengahan atau nau’ yang memiliki sifat tambahanyang
tida pasti yang membedakan dengan nau’ haqiqi. Dapat pula dikatakan sebagai
lafadz kullim dibawah jins.
· Nau’ idhafi ada tiga macam
1). Safil, berasal dari bahasa arab, artinya bawah.
Maksudnya lafadz safil adalah lafadz kulli yang tidak ada dibawahnya kecuali
juz’inya, yakni Muhammad, Ali dll.
2). Mutawasith, berasal dari bahasa arab yang berarti
pertengahan. Maksudnya nau’ mutasith adalah lafadz kulli yang diatas dan
dibawahnya terdapat nau’. Seperti: hewan, diatasnya ada nau’ al-nami’ sedang
dibawahnya ada nau’ yaitu manusia. Demikian pula di atas nami’ ada nau’ jisim
dan dibawahnya manusia.
3). Ali, berasal dari bahasa arab yang artinya
tinggi. Maksudnya disini lafadz ’ali adalah nau’ yang tertinggi, tidak ada lagi
nau’ diatasnya, contoh: jisim. Lafadz jisim tidak ada lagi diatasnya ia jins
Ali yakni Jauhar.
3. Fashal, berasal dari bahasa arab yang artinya beda, pisah atau
isolasi. Maksudnya adalah dengan fashal kita dapat membedakan hakekat sesuatu
dengan hakekat lainnya yang terdapat dalam satu jenis (jins).
Dalam ilmu
mantiq fashal adalah suatu sifat dari
beberapa sifat kulliyah, dimana suatu hakekat bersatu dalam satu jenis.
Fashal terbagi menjadi dua, yakni:
1. Fashal gharib, adalah satu ciri yang
membedakandari sesuatu yang menyamainyadalam jenisnya yag dekat.
Contoh:
• Lafadz berfikir, karena ia membedakan dari
yang menyamainya dalam satu jenis, yakni hewan.
2. Fashal baid, adalah ciri yang membedakan dari
sesuatu yang menyamainya dalam jenisnya yang jauh.
Contoh:
• Lafadz merasa, adalah lafadz baid bagi
manusia yang membedakan dengan hewan.
B. Kulli Irdhiyah.
Lafadz kulli irdhiyah adalah lafadz abstrak yang menyifati benda.
a).Lafadz irdhiyah
dibagi menjadi dua, yakni:
a. Irdhiyah Khashah, adalah sifat tambahan yang hanya berlaku satu
dzat tertentuatau term yang menyamakan sifat hakikat dari suatu spesia sebagai
akibat darisifat pembeda yang dimilikinya.
Contoh:
• Sifat pembeda yang dimiliki manusia adalah
berfikir.dari sifat berfikir ini timbul sifat khusus, seperti: kawin, membentuk
pemerintah, adanya peradaban, pakaian, dan mengembangkan kebudayaan. Irdhi khas
(sifat khusus) adalah sifat atau sejumlah sifat yang dimiliki secra khusus oleh
hakekat-hakekat (mahiyah)yang sama.bariyah, bakar, usman, mustafa adalah
hakekat-hakekat mahiyah yangsama.contoh:mampu berbahasa/belajar satu
bahasa/beberapa bahasa.adalah irdhi
khas (sifat khusus) bagi manusia.
b.Irdhiyah Ammah, adalah sifat tambahan yang dapat ditemukan
pada beberapa zat atau golongan.
Contoh:
• Sifat melihat pada manusia.meliahat ini juga
dimiliki oleh hewan yang lain
4.TA’RIF
DAN SYARAT-SYARATNYA
1).
Pengertian ta’rif
Ta’rif (al-ta’rif) secara
etimologi berarti pengertian atau
batasan sesuatu. Takrif disebut juga al
qaul al-syarih(ungkapan yang menjelaskan). Dengan demikian, takrif
menyangkut adanya sesuatu yang dijelaskan, penjelasannya itu sendiri, dan cara
menjelaskannya.
Al-Jurzani
menjelaskan pengertian takrif sebagai berikut:
عِبَارَةٌ عَنْ ذِكْرِ شَيْئٍ تَسْتَلْزِمُ
مَعْرِفَتْهُ مَعْرِفَةَ شَيْئٍ آخَرٍ
“Takrif
adalah penjelasan tentang penuturan sesuatu, yang dengan mengetahuinya akan
melahirkan suatu pengetahuan yang lain.”
Takrif
juga disebut al-had, yaitu
قَوْلٌ دَالٌ عَلَى مَا هِيَةِ الشَّيْئِ
“Kalimat yang menunjukkan hakikat sesuatu.”
Pengertiam
logis tentang persoalan objek pikir merupakan upaya memahami maknanya dalam
membentuk sebuah keputusan dan argumentasi ilmiah yang menjadi pokok bahasan
mantik. Dan dalam praktiknya mesti menguasai bahan pembentukan takrif, yaitukulliyah
al-Khams.
Sedangkan
menurut istilah ahli logika (mantiq), ta’rif atau definisi adalah teknik
menjelaskan sesuatu yang dijelaskan, untuk diperoleh suatu pemahaman secara
jelas dan terang, baik dengan menggunakan tulisan maupun lisan, dan dalam ilmu
mantiq dikenal dengan sebutan (qaul syarih). Dalam bahasa Indonesia, ta’rif
tersebut dapat diungkapkan dengan perbatasan dan definisi.
2.Pembagian ta’rif
Ta’rif
dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1)
Ta’rif Had
Ta’rif dengan
had, adalah ta’rif yang
menggunakan rangkaian lafadz kulli jins dan fashl. Contoh: Manusia
adalah hewan yang berfikir.
Hewan adalah jins dan
berfikir adalah fashl bagi
manusia.
Ta’rif had ada 2, yaitu ta’rif had tam dan
ta’rif had naqish
a) Ta’rif Had Tam
اَنْ يَكُوْنَ بِالْجِْسِ وَالْفَصَلِ
القَرِيْبَيْنِ
“Penjelasan
sesuatu (mu’arraf yang didefinisikan) dengan menggunakan jenis qarib dan fashal
qarib.”
Contoh:
Manusia adalah hewan yang dapat berfikir (al-insan
hayawan al-nathiq)
Hewan
adalah jins qarib kepada manusia karena tidak ada lagi jins di bawahnya.
Sedangkan dapat berfikir adalah fashal qarib baginya.
b) Ta’rif Had Naqish
اَنْ يَكُوْنَ بِالْجِْسِ البَعِيْدِ
وَالْفَصَلِ القَرِيْبِ اَوْ بِالْفَصَلِ القَرِيْبِ فَقَطْ
“Penjelasan
sesuatu (mu’arraf yang didefinisikan) dengan menggunakan jenis ba’id dan fashal
qarib, atau hanya fashal qarib.”
Contoh:
Manusia adalah tubuh yang dapat berfikir (
al-insan jism al-nathiq).
Jism
adalah jins ba’id bagi manusia dan
dapat
berfikir adalah fashl qarib baginya.
Contoh:
Manusia adalah yang dapat berfikir (hanya fashal qarib saja).
2)
Ta’rif Rasm
Ta’rif
dengan rasm adalah ta’rif yang menggunakan jins dan ‘irdhi khas. Contoh: Manusia
adalah hewan yang dapat tertawa.
Hewan
adalah jins dan tertawa adalah ‘irdhi khas (sifat khusus) manusia.
Ta’rif
rasm ada 2, yaitu ta’rif rasm tam dan ta’rif rasm naqish
a) Ta’rif Rasm Tam
اَنْ يَكُوْنَ
بِالْجِْسِ القَرِيْبِ
وَالْخَاصَّةِ
“Penjelasan
sesuatu (mu’arraf yang didefinisikan) dengan menggunakan jenis qarib dan
khashah.”
Contoh: Manusia
adalah hewan yang mampu belajar kitab.
Hewan
adalah jins qarib bagi manusia, sedangkan
mampu
belajar kitab adalah khashah baginya.
b) Ta’rif
Rasm Naqish
اَنْ يَكُوْنَ بِالْجِْسِ البَعِيْدِ
وَالْخَاصَّةِ اَوْ بِالْخَاصَّةِ فَقَطْ
“Penjelasan
sesuatu (mu’arraf yang didefinisikan) dengan menggunakan jenis ba’id dan
khashah atau dengan khashah saja.”
Contoh: Manusia
adalah jism (tubuh) yang bisa ketawa,Jism adalah jins ba’id bagi manusia dan bisa tertawa
adalah khashah baginya.
Contoh: Manusia
adalah yang tertawa.(dengan khashah saja)
3)
Ta’rif dengan Lafadz
تَبْيِيْنُ الشَّيْئِ بِالَّفْظِ اَوْ ضَحُ
مِنْهُ
“Penjelasan
sesuatu (mu’arraf yang didefinisikan) dengan menggunakan kata muradif (sinonim)
yang lebih jelas dari mu’arraf.”
Contoh:
الْيَرَعُ هُوَ الْقَلَمُ
“Sesuatu
yang menyerupai bambu runcing adalah pena.”
الْغَنَفَرُ هُوَ الاَسَدُ
“Singa
jantan adalah singa.”
4)
Ta’rif dengan Mitsal
َبْيِيْنُ الشَّيْئِ بِمِثَالِهِ
“Penjelasan
sesuatu (mu’arraf yang didefinisikan) dengan menggunakan contohnya.”
Contoh:
subjek (fail) itu
seperti “mahasiswa” dalam ucapan “mahasiswa telah datang”.
3).syarat-syarat ta’rif
Ta’rif
menjadi benar dan dapat diterima, jika syarat-syaratnya terpenuhi, antara lain:
1) Ta’rif
harus jami’ mani’ (muththarid mun’akis)
Secara
lughawi, jami’ berarti mengumpulkan dan mani’ adalah melarang. Dalam ilmu
mantik, jami’ berarti mengumpulkan semua satuan yang dita’rifkan ke dalam
ta’rif. Sedangkan mani’ berarti melarang masuk segala satuan hakekat lain dari
yang dita’rifkan ke dalam ta’rif tersebut. Oleh Karena itu, ta’rif tidak boleh
lebih umum atau lebih khusus dari yang dita’rifkan.
Contoh:
Manusia
adalah hewan yang berakal
2) Ta’rif
harus lebih jelas dari yang dita’rifkan (an
yakuna audlah min al-mu’raf).
3)
Ta’rif harus sama pengertiannya dengan yang dita’rifkan. Karena itulah ta’rif
tidak dianggap benar dan tidak bisa diterima sebagai ta’rif (definisi), jika
keadaannya tidak sama dengan yang didefinisikan.
4)
Ta’rif tidak berputar-putar. Maksudnya jangan sampai terjadi ta’rif dijelaskan
oleh yang dita’rifi (an yakuna khaliyan min
al-dawar).
5)
Ta’rif bebas dari penggunaan kata majazi dan
kata yang mngandung banyak makna (an
yakuna khaliyan min al-majaz wa al-musytarakat).
5.TAQSIM
BAB III
PENUTUP
Demikian yang kami
dapat paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini,tentunya masih ada banyak kekurangan dan kelemahannya,Karena terbatasnya
pengetahuan dan kekurangannya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman bias memberikan kritik dan saran yang
membangun kepadda penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya.semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
KESIMPULAN
1.lafadz
Lafadz
dalam bahasa arab, adalah kata-kata dalam bahasa Indonesia. Lafadz adalah satu
nama yang diberikan pada rangkaian huruf abjad atau susunan beberapa huruf yg
mempunyai arti. Jika lafadz tidak mempunyai arti maka rangkaian huruf itu tidak
dapat disebut sebagai lafadz
Lafadz menjadi 2:
o lafadz mufrad
o lafadz murakkab
2.taqabul
Macam-macamnya:
o Taqabul naqidhain(contra dictories)
o Taqabul dhidaini(cotraries)
o Taqabul mutadhayifain(alternative term)
3.lafadz kulli
Lafadz kulli adalah suatu lafadz yang mengandung beberapa
afrad.
Macam-macam kulli:
o Kulli dzatiah
o Kulli irdhiyah
4.ta’rif
Ta’rif (al-ta’rif) secara
etimologi berarti pengertian atau
batasan sesuatu. Takrif disebut juga al
qaul al-syarih (ungkapan yang
menjelaskan). Dengan demikian, takrif menyangkut adanya sesuatu yang
dijelaskan, penjelasannya itu sendiri, dan cara menjelaskannya.
Syarat-syarat ta’rif:
1) Ta’rif
harus jami’ mani’ (muththarid mun’akis)
2) Ta’rif
harus lebih jelas dari yang dita’rifkan (an
yakuna audlah min al-mu’raf).
3)
Ta’rif harus sama pengertiannya dengan yang dita’rifkan. Karena itulah ta’rif
tidak dianggap benar dan tidak bisa diterima sebagai ta’rif (definisi), jika
keadaannya tidak sama dengan yang didefinisikan.
4)
Ta’rif tidak berputar-putar. Maksudnya jangan sampai terjadi ta’rif dijelaskan
oleh yang dita’rifi (an yakuna khaliyan min
al-dawar).
5)
Ta’rif bebas dari penggunaan kata majazi dan
kata yang mngandung banyak makna (an
yakuna khaliyan min al-majaz wa al-musytarakat).
5.taqsim
DAFTAR PUSTAKA
http://kampussalafi.blogspot.com/2013/03/pengantar-pembahasan-ilmu-mantiq.html
http://ngajiae.blogspot.com/p/ilmu-manteq.html
H. A. Basiq
Djalil, Prof, S.H.,M.A , Logika (Ilmu Mantiq),Kencana , Jakarta, 2010
Sambas,
Syukriadi. 2000. Mantik kaidah berpikir
Islam. Bandung: PT Remaja
Rusdakarya
Thahir Abd Mu’in, Taib. 1987. Ilmu
Mantiq. Jakarta: PT Bumi Restu.
http://diyaurr.blogspot.com/2012/10/lafadh-lafadh-dibagi-menjadi-dua-yaitu-1_2554.html
Baihaki.
2002. Ilmu Mantik Teknik dasar
Berpikir Logik: Darul Ulum
Press
Mundiri.
1998. Logika. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
http://ibnu-mas.blogspot.com/2011/07/pengertian-tarif.html
2 Responses to "Makalah ilmu mantiq"
bagus tapi kurang materi.a
tambahin gehh
Post a Comment