ekplorasi batubara

.
.


APLIKASI REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI BATUBARA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kegiatan pemetaan potensi batubara selama ini           seperti yang kita ketahui dilakukan dengan  cara survey lapangan (eksplorasi).  Penginderaan jauh memberikan peluang yang lebih besar untuk melakukan identifikasi lokasi sebaran atau singkapan batubara sehingga mempersempit tahap survey eksplorasi. Data penginderaan jauh berupa citra satelit Landsat7 Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+) serta data Data SpaceShutle DEM – SRTM NASA. Dengan teknologi Remote Sensing, diharapkan agar mendapatkan informasi mengenai lokasi-lokasi yang ditafsir mengandung bahan tambang berupa batubara melalui citra satelit, yang akan dipergunakan dalam tahap eksplorasi dan mempersempit survey.
 Informasi yang penting bagi pengusaha batubara adalah lokasi keberadaan dan potensi batubara tersebut. Metode yang digunakan selama ini adalah metode konvensional dalam melakukan survey lapangan atau yang sering disebut dengan tahap eksplorasi. Aksessibilitas di daerah penelitian cukup sulit, karena merupakan daerah dominan vegetasi rapat dan tertutup oleh hutan, serta akses jalan yang kurang mendukung untuk bisa dengan mudah melakukan survey lapangan. Data penginderaan jauh memberikan peluang yang lebih besar untuk melakukan identifikasi lokasi sebaran atau singkapan batubara sehingga mempersempit tahap survey eksplorasi.
Masalah-masalah yang terkait dengan survey lapagan dan aksessibilitas dapat diatasi dengan teknologi penginderaan jauh. Data penginderaan jauh dapat memberikan efisiensi yang tinggi baik dari segi biaya maupun waktu, karena tidak membutuhkan banyak survey kecuali untuk verifikasi atau kecocokkan lapangan sehingga survey-survey yang dilakukan lebih terarah (Helmi, 2007)

1.2  Batasan Masalah
Dalam makalah ini yang akan dibahas mengenai dibatasi pada identifikasi awal dalam menentukan lokasi potensi tambang batubara dengan memanfaatkan citra satelit Landsat7 ETM+ tahun 2003 dan Space Shutle DEM – SRTM 92m NASA tahun 2000, melalui proses analisa digital penginderaan jauh.

1.3  Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memebuhi tugas mata kuliah Geologi Eksplorasi

1.4   Manfaat
Melalui pengolahan citra satelit, maka diharapkan bermanfaat untuk :
1. Kemudahan dalam melakukan proses identifikasi lokasi potensi tambang
batubara.
2. Memperoleh pola atau cara untuk melakukan identifikasi awal lokasi potensi tambang     batubara.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remote Sensing dalam Eksplorasi Batubara
Pengindraan Jauh berasal dari kata remote sensing memiliki pengertian bahwa Pengindraan jauh merupakan suatu ilmu dan seni untuk memperoleh data dan informasi dari suatu objek dipermukaan bumi dengan menggunakan alat yang tidak berhubungan langsung dengan objek yang dikajinya.
Penggunaan data penginderaan jauh dalam eksplorasi mineral merupakan salah satu cara yang paling banyak dilakukan dalam bidang geologi. Penelitian Geologi sekitar daerah tambang dengan bantuan data Landsat untuk prospek pertambangan, mepelajari “Liniament” (merupakan indikasi suatu patahan), yaitu untuk mengetahui secara jelas lokasi dan terjadinya mineralisasi atau endapan batuan bahan tambang.
. Inventarisasi Sumber Daya Alam dan lingkungan merupakan perolehan informasi spasial sumber daya alam berdasarkan hasil midentifikasi obyek-obyek permukaan bumi. (Gokmaria Sitanggang, 2000) Penginderaan Jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh infomasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisa data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek,daerah atau fenomena yang dikaji. (Lillisand and Kiefer, 1979).
Penerapan ilmu geologi didalam industri batubara digunakan untuk menentukan keadaan lokasi dan pengembangan sumberdaya yang ada pada keadaan tertentu, serta merencananakan bagaimana mengekstraksi batubara secara ekonomis. Tujuan eksplorasi batubara pada umumnya adalah untuk menemukan suatu daerah baru yang mengandung batubara dalam jumlah tertentu dengan kualitas yang baik. (Muchjidin).
Penyelidikan umum (prospeksi) merupakan langkah pertama usaha pertambangan. Pada tahap penyelidikan umum ini kegiatan ditujukan untuk mencari dan menemukan endapan bahan galian dan mempelajari keadaan geologi secara umum untuk daerah yang bersangkutan berdasarkan data permukaan. Setelah itu dilanjutkan dengan penyelidikan eksplorasi yang menyelidiki geologi secara lebih teliti baik kearah vertikal maupun horizontal. Setelah itu dilanjutkan dengan studi kelayakan dan persiapan penambangan. (Dr. Ir. Irwandy Arif, M.Sc.)

2.2 Pengenalan Landsat 7- ETM +
Landsat 7 adalah satelit remote sensing yang dioperasikan oleh USGS (United States Geological Survei), berorbit polar pada ketinggian orbit 705 Km,  dengan membawa sensor ETM+ yang dapat menghasilkan citra multispektral dan pankhromatik yang masing-masing memiliki resolusi spasial 30 m dan 15 m.
·         Karakteristik Sensor Landsat 7 ETM+
·         Karakteristik panjang gelombang, resolusi dan fungsinya pada sensor
LANDSAT 7 ETM+
2.3 Space Shuttle SRTM DEM
Digital Elevasi Method (DEM) adalah gambaran bentuk permukaan bumi yang menyajikan ketinggian tertentu secara digital. DEM dapat dibuat dengan menggunakan peta ketinggian (kontur), tetapi resolusi dan ketelitiannya lebih rendah dibandingkan dengan Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) DEM.

2.4  Shuttle Radar Topography Mission (SRTM)
Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) adalah suatu proyek kerjasama antara National Imagery and Mapping Agency (NIMA) dan National Aeronautics and Space Administration( NASA), untuk mendapatkan gambaran bentuk permukaan bumi resolusi tinggi dengan meluncurkansebuah pesawat dilengkapi dengan system radar interferometry. Menggunakan Spaceborne Imaging Radar (SIR-C) dan X-Band Synthetic Aperture Radar (XSAR), SRTM diluncurkan pertama kali pada tanggal 11 Februari 2000. Misi yang dijalankan adalah pengambilan / record permukaan bumi dalam bentuk threedimension (3D) selama 11 hari mengorbid.Lebih dari 12 terabytes data yang sudah didapat diproses dibagi oleh Jet Laboratory Propulsion ( JPL) di Pasadena sebelum data tersebut di gunakan.
}  Data SRTM dibagi atas 3 resolusi :
       Resolusi 30 m, khusus untuk kawasan Amerika Serikat.
       Resolusi 90 m, untuk kawasan lain di dunia.
       Resolusi 90 m, untuk SRTM-GTOPO30
}   Kelebihan SRTM DEM
       Mudah didapat, karena free untuk seluruh area di Indonesia.
       Kualitas yang bagus, lebih bagus karena dengan DEM Fill.
       Informasi yang didapat lebih banyak, sampai dengan bangunan kota.
       Hampir sama dengan DEM RBI skala 1 : 25.000.
       perekaman dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari
       perekaman data SRTM tidak terpengaruh oleh keadaan cuaca setempat. 

2.5 Pengumpulan Data
}  Citra Landsat 7 ETM+ daerah kecamatan Gunung Bintang Awai, perekaman tahun 2003 dengan Resolusi Spasial 30m x 30m.
}  Space Shuttle SRTM DEM perekaman tahun 2000 dengan Resolusi 92m.
}  Peta Topografi Rupa Bumi Indonesia (RBI) Lembar 1714 – 34 Sungai Missim skala 1 : 50.000 diterbitkan oleh BAKOSURTANAL.
Citra Landsat7 ETM+ dengan  Band Composit   4-5-7
2.6  Interpretasi dan Deliniasi Lokasi Batubara
Interpretasi citra satelit Landsat7 ETM+ dan data SRTM  DEM  dilakukan  secara  visual  untuk mengidentifikasi  lokasi  potensi  batubara berdasarkan  unsur-unsur  interpretasi  seperti tekstur, pola dan bentuk dari permukaan  tanah di lokasi penelitian.

Ø  Deliniasi Lokasi Batubara
Setelah  proses  interpretasi  citra sacara  visual  dengan  memperhatikakesamaan  bentuk  pola  dan  tekstur  yang terdapat pada lokasi penelitian, selanjutnya dilakukan  deliniasi  pada  lokasi-lokasi tersebut.
2.7 Penentuan Sampel Area
Ditentukan  sampel  area  atau  titik  koordinat  tertentu  untuk  verifikasi  lapangan  pada  lokasi  sebaran  batubara untuk  dilakukan  uji  ketelitian  dilapangan. Sehingga  dihasilkan  peta  lokasi  sebaran batubara.
2.8 Analisa Pengolahan Citra Komposit
}  Citra komposit yang merupakan perpaduan dari beberapa saluran atau band yang ada pada citra satelit Landsat7 ETM+.
}  Penyusunan citra  komposit  dimaksudkan  untuk memperoleh  gambaran  visual  yang  lebih baik.
}  Citra Landsat7 ETM+ tahun perekaman 2003 yang sudah di FCC (False Color Composit), dengan kombinasi band 4, band 5 dan band 7 (RGB) kombinasi dari band-band tersebut digunakan untuk interpretasi citra dalam mengidentifikasi lokasi yang berpotensi mengandung batubara.
}  Band 4 merupakan saluran inframerah dekat yang cukup baik untuk karakteristik vegetasi.
}  band  5 merupakan saluran inframerah tengah yang cukup  baik  untuk  menonjolkan  kondisi kelembaban tanah.
}  band 7  merupakan saluran  inframerah  termal  untuk menonjolkan  tanah  terbuka  dan  keperluan lain  yang  berhubungan  dengan  gejala termal.
}  Perpaduan antara band 5 dan  band  7  berguna  untuk  mendeteksi batuan  dan  defosit  mineral.

2.9 Analisa  Interpretasi  Lokasi  Potensi Batubara
}  Sebagai  dasar  dalam  melakukan interpretasi adalah unsur-unsur  interpretasi citra  seperti  pola,  bentuk,  selain  itu diperhatikan  juga  arah  patahan,  lipatan, dan  tekstur.
}  Suatu  lokasi  yang teridentifikasi mengandung  batubara  pada citra satelit Landsat7 ETM+. 
}  Kesulitan  yang  dihadapi  saat  melakukan interpretasi  adalah  faktor  topografi  lokasi penelitian  yang  tidak  begitu  menonjol.
}  Kondisi  tutupan  awan  tidak terlalu mengganggu proses interpretasi dan citra  satelit  Landsat7  ETM+  perekaman tahun  2003  dapat  dikatakan  bersih  dari tutupan awan.






BAB III
KESIMPULAN

}  Pengolahan  data  citra  satelit  Landsat7 ETM+  akan  menghasilkan  tutupan  lahan  dari  lokasi  penelitian  sehingga belum  dapat  membantu  dalam  proses  interpretasi lokasi kandungan batubara.
}  Fusi  citra  satelit  Landsat7  ETM+  dan  data  Space  Shuttle  SRTM DEM  akan menghasilkan  pemodelan  topografi  3  dimensi, sehingga visualisasi  topografi  permukaan bumi akan terlihat jelas dan mempermudah  analisa  lokasi-lokasi  sebaran batubara
}  Interpretasi  citra  satelit  Landsat7  ETM+  dan  data  SRTM  DEM  dilakukan  secara  visual  untuk mengidentifikasi lokasi potensi sebaran batubara  berdasarkan  unsur- unsur interpretasi,  sehingga  untuk  pola-pola yang  sejenis  diduga  mempunyai  ciri-ciri megandung batubara.
}  Melalui  analisa  tingkat  kepercayaan interpretasi dapat dicapai sebesar 80%, dimana  dari  10  lokasi  terduga berpotensi  mengandung  batubara,  8 lokasi  yang terdapat batubara  dan  2 lokasi yang tidak terdapat batubara.









BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Alfi Satriadi, 1999, Tesis, Pemanfaatan Citra Landsat TM Untuk Kajian Geologi,
Jurusan Ilmu-Ilmu Matematika dan Pengetahuan Alam Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.
2. Benget May, 1999, Tugas Akhir , Pemanfaatan Citra Satelit dan SIG Dalam
Menentukan Kawasan Potensial Minyak Bumi dan Tinjauan Asspek
Lingkungannya.Jurusan Teknik Geodesi Institut Teknologi Bandung.
3. Irwandi Arif, 1995, Perencanaan dan Tambang Terbuka, Bandung, Institut
Teknologi Bandung Press.
4. Lo C.P,1996, Penginderaan Jauh Terapan, Universitas Indonesia.










Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " ekplorasi batubara"