.
.
BAB I
KONSEP DASAR PEMASARAN
Sebagaiman kita ketahui bahwa kegiatan pemasaran adalah berbeda dengan penjualan, transaksi ataupun perdagangan.
American Marketing Association, mengartikan pemasaran sebagai berikut: Pemsaran adalah pelaksanaan dunia usaha yang mengaarahkan arus barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen atau pihak pemakai. Defenisi ini hanya menekankan aspek distribusi ketimbang kegiatan pemasaran. Sedangkan fungsi-fungsi lain tidak diperlihatkan, sehingga kita tidak memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang pemasaran.
Sedangkan definisi lain, dikemukakan oleh Philip Kotler dalam bukunya Marketing Management Analysis, Planning, and Control, mengartikan pemasaran secara lebih luas, yaitu: Pemasaran adalah: Suatu proses sosial, dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan, dan mereka inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya.
1.1.Definisi Pemasaran
Definisi Pemasaran menurut William J. Stanton adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Definisi lainnya, Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain.
Dengan pemasaran perusahaan berusaha
menghasilkan laba dari penjualan barang dan jasa yang diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan pembeli. Disinilah peran manajer pemasaran dibutuhkan, dimana tugas dari manajer pemasaran adalah memilih
dan melaksanakan kegiatan pemasaran yang dapat membantu dalam pencapaian tujuan
organisasi.
1.2. Manajemen Pemasaran
Pada dasarnya manajemen itu terdiri
atas perancangan dan pelaksanaan rencana-rencana. Dalam membuat suatu
perencanaan, dibutuhkan kemampuan untuk membuat strategi dan rencana. Untuk
rencana jangka panjang maka dibutuhkan waktu yang lebih banyak. Sedangkan untuk
pelaksanaan rencana tersebut, dia harus mendelegasikan keputusan-keputusannya
yang rutin dilakukan setiap hari kepada para bawahan.
Secara umum manajemen mempunyai tiga tugas pokok,
yaitu :
1. Mempersiapkan rencana/strategi umum bagi
perusahaan
2.
Melaksanakan rencana tersebut
3.
Mengadakan
evaluasi, menganalisa dan mengawasi rencana tersebut dalam pelaksanaannya. (untuk
mengukur hasil dan penyimpangannya serta untuk mengendalikan aktivitas).
Sehingga
yang dimaksud dengan manajemen pemasaran,
menurut Philip Kotler adalah :
Penganalisaan,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang ditujukan untuk
mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju untuk mencapai tujuan
organisasi.
Untuk
membuat suatu rencana, fungsi penganalisaan
sangat penting agar rencana yang dibuat dapat lebih matang dan tepat. Penerapan merupakan kegiatan untuk
menjalankan rencana. Fungsi pengawasan
adalah untuk mengendalikan segala macam aktivitas agar tidak terjadi
penyimpangan.
1.3. Konsep Pemasaran
Falsafah konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan pembeli/konsumen. Seluruh kegiatan dalam perusahaan yang menganut konsep pemasaran harus diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut. Meskipun orientasi pembeli ini dibatasi oleh tujuan laba dan pertumbuhan, tetapi konsep itu perlu dilaksanakan. Karena dapat meningkatkan penjualan dengan :
·
Membuat barang yang mudah penggunaannya
·
Mudah pembeliaannya
·
Mudah pemeliharaannya
Penggunaan
konsep pemasaran bagi sebuah perusahaan dapat menunjang berhasilnya bisnis yang
dilakukan. Konsep pemasaran disusun dengan memasukkan tiga elemen pokok, yaitu :
·
Orientasi konsumen / pasar / pembeli
·
Volume penjualan yang menguntungkan
·
Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan
pemasaran dalam perusahaan.
Pada
dasarnya, perusahaan yang ingin mempraktekkan orientasi konsumen ini harus :
a. Menentukan
kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi
b.
Memilih
kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya
c. Menentukan
produk dan program pemasarannya
d. Mengadakan
penelitian pada konsumen, untuk mengukur, menilai, dan menafsirkan keinginan,
sikap, serta tingkah laku mereka
e. Menentukan
dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitik beratkan pada mutu
yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik.
Jadi, secara
definitif dapat dikatakan bahwa Konsep
pemasaran adalah :
Sebuah falsafah bisnis yang
menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan
sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.
1.4. Sistem Pemasaran
Dalam sistem pemasaran
terdapat beberapa faktor yang saling tergantung dan saling berinteraksi satu
sama lain. Faktor-faktor tersebut adalah :
·
Organisasi yang melakukan tugas-tugas pemasaran
·
Sesuatu
(barang, jasa, ide, orang) yang sedang dipasarkan
·
Pasar yang dituju
·
Para
perantara yang membantu dalam pertukaran (arus) antara organisasi pemasaran dan
pasarnya. Antara lain pengecer, pedagang besar, agen pengangkutan, dan
lain-lain
·
Faktor-faktor
lingkungan seperti faktor demografi, kondisi perekonomian, faktor sosial dan
kebudayaan, teknologi dan persaingan.
Dari kelima faktor tersebut maka Sistem Pemasaran dapat didefinisikan
sebagai :
Kumpulan lembaga-lembaga
yang melakukan tugas pemasaran, barang, jasa, ide, orang dan faktor-faktor
lingkungan yang saling memberikan pengaruh, dan membentuk serta mempengaruhi
hubungan perusahaan dengan pasarnya.
1.5. Peranan Pemasaran
Pemasaran merupakan proses
sosial dan manajerial sehingga konsumen dapat memperoleh kebutuhan / keinginan
mereka melalui permintaan, penawaran, dan penukaran nilai suatu produk antara
penjual dan pembeli.
·
Kebutuhan : segala kebutuhan dasar manusia baik intuk
minum, makan, pakaian, pendidikan dan lainnya
·
Keinginan : Merupakan kondisi lebih khusus dari kebutuhan,
misalnya minuman ringan, makanan bergizi, pendidikan tinggi, atau lainnya
·
Permintaan : akumulasi kebutuhan/keinginan yang potensial
untuk digarap, misalnya, makanan, perumahan, pendidikan dan lainnya.
Beberapa istilah yang penting dalam konteks pemasaran adalah :
1.
Produk
(barang, jasa, ide) :
Segala hasil kerja manusia yang dapat ditawarkan kepada
manusia lainnya baik berupa barang, jasa atau ide.
2.
Nilai
:
Perkiraan konsumen atas suatu produk untuk kepuasan mereka,
apa yang dirasakan / diinginkan
3.
Biaya
:
Harga yang harus
dibayar konsumen atas produk yang dikonsumsi
4.
Kepuasan
:
Seberapa puas konsumen atas produk yang mereka konsumsi
(kesesuaian antara harapan dan kenyataan,
5.
Pasar
:
Tempat yang berisi semua pelanggan potensial yang berniat
untuk transaksi terhadap suatu produk.
Perkembangan
konsep pemasaran :
1.
Konsep produksi : jumlah banyak dengan harga murah
2.
Konsep produk : kualitas, kinerja dan inovasi yang dicari
konsumen
3.
Konsep penjualan : harus ada aktivitas penjualan dan promosi agar
dikenal konsumen (laba dari volume penjualan)
4. Konsep pemasaran : harus ada aktivitas
pemasaran yang terpadu (laba dari kepuasan pelanggan)
5.
Konsep pemasaran beroriemtasi pada
masyarakat : turut
memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar
BAB II
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMASARAN
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajer pemasaran akan selalu
berada dalam suatu lingkungan yang kompleks dan penuh dengan ketidak pastian.
Keputusn yang diambil terutama menyangkut masalah :
·
Penetapan harga
·
Produk
·
Distribusi
·
Promosi
Pengambilan keputusan tersebut tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor
lingkungan ekstern seperti : demografi, kondisi perekonomian, kebudayaan,
persaingan dan sebagainya. Semua ini berada diluar pengawasan manajer.
2.1. Analisa Tradisional
Keputusan-keputusan yang rasional
menghendaki adanya proses keputusan yang selaras dan logis. Metode analisa
tradisional dapat membantu sebagai pendekatannya. Metode analisa tradisional terdiri atas lima tahap, yaitu :
1. Mendefinisikan masalah
Manajer yang baik harus mempunyai kemampuan
untuk mengidentifikasikan masalah dan kesempatan lebih awal. Agar analisa yang dilakukan dapat lebih efektif
maka manajer harus memiliki arah yang benar.
2. Merumuskan berbagai alternatif
Manajer harus menentukan berbagai alternatif
penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi. Salah satu alternatif yang hampir
selalu ada yaitu tidak melakukan apa-apa. Ini merupakan alternatif yang sulit diukur atau dibandingkan dengan
alternatif lainnya.
3. Menganalisa Alternatif
Faktor-faktor
yang diperlukan unuk menilai alternatif harus dikumpulkan dan diatur rapi.
Beberapa faktor mungkin tidak dapat diperoleh dan faktor lainnya mungkin akan
tidak berguna karena terlalu mahal. Dengan suatu analisa manajer diarahkan
untuk mengambil kesimpulan yang disertai dengan pernyataan untuk menentukan
kebaikan maupun keburukannya.
4. Mengusulkan suatu penyelesaian
Setelah melampaui tahapan tadi maka manajer
dapat menyarankan suatu penyelesaian yang logis.
5. Menyarankan rencana tindakan
Pada waktu mengambil keputusan, suatu rencana
tindakan untuk melaksanakan keputusan tersebut harus ditentukan. Rencana tindakan ini mungkin dapat menemukan
beberapa faktor penting yang belum dimasukkan didalam analisa.
2.2. Menggunakan Marketing Mix untuk Pengambilan
Keputusan
Pengambilan keputusan di bidang pemasaran
selalu berkaitan dengan varibel-variabel marketing mix.
·
Pengenalan faktor pasar dalam marketing
mix
Tekanan utama dari marketing mix adalah pasar
karena pada akhirnya produk yang ditawarkan oleh perusahaan diarahkan kesana.
·
Hubungan antara keputusan tentang harga,
promosi dan distribusi dengan variabel-variabel tentang produk
Produk
tersebut membawa pengaruh penting terhadap keputusan-keputusan mengenai harga,
promosi dan distribusi, karena terikat pada harga produksi, peralatan dan
proses pembuatannya, juga dalam hal promosi yang tergantung pada manfaat dan
segi penawarannya.
·
Pengaruh
usaha Perusahaan dan saingan terhadap volume penjualan
Semakin besar usaha-usaha yang dikeluarkan dalam
marketing mix untuk penawaran yang ada, akan semakin besar pula penjualannya.
Bagaimanapun, persentase yang lebih besar dari penjualan total perusahaan akan
bertambah dengan adanya usaha marketing mix yang lebih besar.
·
Efektivitas Marketing Mix Perusahan dalam
hubungannya dengan volume penjualan
Seberapa
jauh efektivitas pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan terhadap volume
penjualannya.
·
Marketing Mix untuk beberapa jenis produk
(dan Jasa)
Marketing
mix yang diterapkan pada setiap jenis produk adalah berbeda. Volume penjualan
dan laba dapat dimaksimumkan jika marketing mixnya sesuai dengan penawaran
perusahaan.
2.3. Sebuah model untuk mengambil keputusan
Ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan untuk mengambil keputusan secara efektif tentang produk.
Faktor-faktor tersebut merupakan bagian atau elemen yang ada dalam sebuah model
untuk mengambil keputusan tentang produk.
Elemen yang dimaksud adalah :
1. Analisa pasar
Pengambilan
keputusan tentang produk diawali dengan menganalisa pasarnya. Analisa pasar ini
membuka kesempatan untuk memperkenalkan produk baru yang menguntungkan
2. Memonitor lingkungan
Dengan sumber-sumber yang terbatas dan
terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan, perusahaan harus berusaha
memanfaatkan secara penuh kesempatan yang ada. Faktor-faktor lingkungan yang dimaksud adalah faktor lingkungan ekstern
seperti : Demografi, kondisi perekonomian, sosial dan kebudayaan, politik dan
hukum, teknologi dan persaingan
3.
Menentukan
tujuan produk
Tahap ini berupa
menentukan tujuan khusus setiap penawaran. Umumnya tujuan ini dikaitkan dengan
masalah-masalah seperti :
·
Pengembangan investasi
·
Laba
·
Market share atau volume penjualan.
4. Menentukan Marketing mix
5. Penerapan keputusan-keputusan Marketing Mix
Keputusan tersebut dapat dilaksanakan dengan menentukan :
Apa, siapa, mengapa, bagaimana, Kapan, dimana.
6. Mengadakan Prosedur Pengawasan
Sistem pengawasan
perlu diadakan dalam manajemen produk dan merupakan tahap terakhir. Tahap
tersebut adalah :
·
Memilih kriteria pengawasan
·
Pengukuran kriteria
·
Penentuan standard kerja
·
Memonitor kejadian
·
Membandingkan hasil dengan standard
2.4. Tugas-tugas Manajemen Pemasaran
Tugas-tugas manajer pemasaran dapat
dilihat dari segi fungsi manajemen yang dilakukan dalam bidang pemasaran, yaitu
bagaimana proses manajemen itu dijalankan untuk mengubah sumber-sumber menjadi
produk yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Tugas-tugas itu antara lain :
·
Mempelajari kebutuhan dan keinginan konsumen
·
Mengembangkan suatu konsep produk yang ditujukan
untuk memuaskan/ melayani kebutuhan
·
Membuat desain produk
·
Mengembangkan pembungkusan dan merk
·
Menetapkan harga agar memperoleh Return on investment yang layak
·
Mengatur distribusi
·
Memeriksa penjualan
·
Menciptakan komunikasi pemasaran yang efektif
dengan menggunkan media atau cara lain yang tepat
Penyesuaian Permintaan
Perusahaan dapat menyusun suatu tingkat
permintaan pasar yang diharapkan pada saat tertentu. Dapat terjadi bahwa
tingkat permintaan riil itu berada dibawah, sama, atau diatas tingkat
permintaan yang diharapkan. Untuk menghadapi keadaan permintaan yang berbeda
maka manajer pemasaran mempunyai tugas yang berbeda pula.
Tabel 2.1. Keadaan Permintaan dan Tugas Pemasaran
Keadaan
Permintaan
|
Tugas
Pemasaran
|
Nama
Resmi
|
1. Permintaan
negatif
2. Tidak
ada permintaan
3. Permintaan
latent
4. Permintaan
menurun
5. Permintaan
tidak teratur
6. Permintaan
penuh
7. Permintaan
berlebihan
8. Permintaan
tidak sehat
|
1. Positifkan
permintaan
2. Ciptakan
permintaan
3. Kembangkan
permintaan
4. Tingkatkan
permintaan
5. Selaraskan
permintaan
6. Pertahankan
permintaan
7. Kurangi
permintaan
8. Tiadakan
permintaan
|
1.
Conversional
markrting
2.
Stimulational
marketing
3.
Developmental
marketing
4.
Remarketing
5.
Synchromarketing
6.
Maintenance
marketing
7.
Demarketing
8. Countermarketing
|
Berikut ini adalah macam-macam permintaan :
1. Permintaan Negatif
Semua atau sebagian terbesar daei segmen
pasar potensial yang penting tidak menyukai produk atau jasa yang ditawarkan,
bahkan mereka bersedia membayar untuk menghindarinya. Misalnya :
·
Gol. Orang yang mempunyai permintaan negatif
terhadap vasectomy
·
Gol.
Orang yang mempunyai permintaan negatif terhadap angkutan dengan bus (suka mabuk)
Tugas
Manajer : mempositifkan permintaan, caranya dengan lebih mengenalkan produk
atau jasa melalui promosi.
2. Tidak ada permintaan
Berarti
orang itu tidak berminat sama sekali terhadap penawaran suatu produk atau jasa.
Penawaran yang ada dalam “tidak ada permintaan” ini dapat digolongkan menjadi 3
kategori, yaitu :
·
Barangnya
sudah dikenal tapi dianggap tidak mempunyai nilai
Misalnya
: botol-botol kosong yang ada di tong sampah, kaleng bekas, dll
Tugas
manajer : mencoba menghubungkan produk
atau jasa tersebut dengan kebutuhan yang ada dipasar. Misalnya dengan
menghubungkan barang rongsokan tersebut dengan pembuatan barang seni.
·
Barangnya
sudah dikenal dan dianggap bernilai, tapi tidak mempunyai nilai untuk pasar
tertentu.
Misalnya
: penawaran perahu didaerah yang jauh dari perairan, penawaran mantel tebal
didaerah yang tidak pernah dingin
Tugas
manajer : mencoba mengubah lingkungan agar barang yang ditawarkan menjadi
bernilai. Misalnya : membuat danau rekreasi untuk menciptakan permintaan
terhadap perahu.
·
Barangnya
baru ditemukan dan menghadapi keadaan “tidak ada permintaan” karena pasarnya
tidak mengetahui tentang adanya barang-barang tersebut.
Misalnya
: barang-barang perhiasan (biasanya orang baru akan membeli apabila barang
tersebut ditunjukkan.
Tugas
manajer : menyebarkan informasi tentang suatu barang yang baru ditemukan ke
pasar, agar orang-orang tahu dan tertarik membelinya.
3. Permintaan Latent
Bilamana sebagian besar orang –orang
mempunyai kebutuhan yang kuat akan sesuatu yang tidak ada dalam bentuk barang
atau jasa yang nyata.Permintaan ini memberikan kesempatan pada manajer untuk
mengembangkan produk atau jasa yang dibutuhkan oleh orang-orang.
Contoh :
·
banyak perokok yang menghendaki rokok-rokok kesayangannya
itu tidak mengandung nicotine.
·
Banyak
orang yang menginginkan punya mobil yang lebih tahan lama dan lebih aman dari
mobil yang ada sekarang
Tugas
Manajer : mengembangkan produk atau jasa yang dibutuhkan oleh konsumen.
4. Permintaan Menurun
Suatu keadaan dimana permintaan untuk suatu
produk atau jasa itu semakin berkurang dari tingkat sebelumnya, dan
diperkirakan akan menurun terus jika tidak dilakukan usaha-usaha untuk
memperbaiki pasar yang dituju, penawaran dan usaha-usaha pemasaran.
Tugas
Manajer : meningkatkan permintaan / mengembangkan permintaan agar tidak menjadi
permintan latent.
5.
Permintaan
tidak teratur
Suatu
keadaan dimana pola permintaan pada saat-saat tertentu dipengaruhi oleh
fluktuasi musim atau hal-hal lain
Misal
: hotel di daerah wisata akan mengalami masa-masa penuh pada musim liburan dan
masa sepi diluar musim liburan
Tugas
manajer : Mengubah pola permintaan, misal : memberikan harga murah pada masa
sepi, dan mengenakan harga yang tinggi pada masa-masa rapai.
6. Permintaan Penuh
Suatu keadaan dimana tingkat dan saat
permintaan yang sekarang sama dengan tingkat dan saat permintaan yang
diharapkan
Tugas manajer : mempertahanlan permintaan,
misalnya : dengan mempertahankan tingkat efisiensi pemasaran dengan cara
mempertahankan harga jual, mengendalikan biaya, tetap mengadakan promosi.
7. Permintaan Berkelebihan
Suatu keadaan dimana permintaan lebih besar
dari penawarannya
Tugas manajer : mengurangi permintaan,
misalnya dengan menaikkan harga, mengurangi kegiatan promosi.
8. Permintaan tidak sehat
Suatu jenis produk atau jasa yang
permintaannya dinilai kurang baik dari segi kesejahteraan konsumen, kemakmuran
masyarakat atau penyedia.
Misalnya
: permintaan akan produk-produk seperti rokok, ganja, obat-obatan tertentu yang
berbahaya.
Analisa Kesempatan Pasar
Analisa ini sangat penting dilaksanakan
sebelum perusahaan menentukan tujuannya. Selain dengan melihat kesempatan yang
ada, perusahaann biasanya dapat memulai usahanya karena sudah tersedia
sumber-sumber didalam perusahaan. Kesempatan yang ada dapat dibedakan
kedalam :
·
Kesempatan
Lingkungan
Kesempatan ini akan muncul dalam setiap
perekonomian bilamana masih terdapat kebutuhan yang belum terpenuhi. Kesempatan
ini dianggap sangat baik atau menguntungkan kalau perusahaan bisa mengisi
kebutuhan yang belum terpenuhi tersebut.
Contoh :
Perusahaan listrik mempunyai kesempatan yang
baik untuk mengembangkan sumber-sumber energi baru (sinar matahari, dll).
·
Kesempatan
Perusahaan
Merupakan kesempatan yang dapat dinikmati
oleh suatu perusahaan bilamana memiliki keunggulan-keunggulan dari para
pesaingnya.
Keunggulan-keunggulan tersebut antara lain :
-
Dapat menekan biaya lebih rendah
-
Dapat menentukan harga lebih rendah
-
Mampu
menggunakan beberapa alternatif saluran distribusi
-
Mampu
melakukan usaha promosi yang lebih aktif.
Kesempatan
perusahaan ini muncul dalam suatu kondisi persaingan. Suatu perusahaan akan
mencapai sukses bila memiliki kesempatan perusahaan dan kesempatan lingkungan
disaat yang bersamaan.
Perencanaan Pemasaran
Perencanaan sangat diperlukan untuk
mengikuti perkembangan dimasa mendatang. Tanpa perencanaan, sebuah organisasi
kemungkinan akan mengambil cara-cara yang ekstrim untuk menghindari kerugian
atau untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Perencanaan dapat mencakup suatu
periode waktu yang panjang atau periode waktu yang pendek. Perencanaan jangka panjang (untuk 3, 5, 10 atau bahkan 25 tahun)
biasanya melibatkan peranan dari top manajemen maupun staf perencanaan khusus. Masalah yang dihadapi sangat luas, seperti
perluasan pabrik, pasar, atau produk.
Perencanaan
jangka pendek, periode waktunya relatif pendek, yaitu satu tahun atau
kurang . biasanya perencanaan ini dilakukan oleh pelaksana bawah dan
menengah.Masalah yang dimasukkan dalam perencanaan ini adalah kampanye
periklanan untuk periode yang akan datang, pembelian pada musim yang akan
datang, dll.
Tiga macam konsep perencanaan, yaitu :
·
Perencanaan perusahaan secara keseluruhan
·
Perencanaan pemasaran
·
Rencana Pemasaran Tahunan
Tujuan Perusahaan
Penetapan tujuan perusahaan merupakan
titik awal dari perencanaan pemasaran. Tujuan ini sangat penting dan harus
ditetapkan sebelum mengambil suatu strategi, tanpa tujuan yang pasti perusahaan
tidak akan dapat beroperasi dengan baik meskipun memiliki kesempatan yang baik.
Tujuan perusahaan dibedakan menjadi 2, yaitu :
·
Tujuan Umum
Misalnya
: Mencari laba, memberikan kepuasan konsumen, dll
·
Tujuan Khusus
Tujuan khusus ini diperlukan sebagai pegangan
dalam melaksanakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Misalnya
: Meningkatkan kualitas produk, memperluas pasar, mendapatkan laba untuk jangka
pendek, dll
Merumuskan Rencana Pemasaran
Jika manajer sudah menetapkan untuk
mencapai suatu tingkat penjualan tertentu, kemudian perlu dibuat
keputusan-keputusan dibidang pemasaran, produksi, keuangan dan personalia. Yang
menjadi pertimbangan dalam merumuskan rencana pemasaran adalah :
·
Target
Penjualan
Target
penjualan ini ditetapkan berdasarkan analisa berbagai macam kemungkinan
strategi pemasaran yang menguntungkan.
·
Anggaran
Pemasaran
Biasanya
anggaran yang menyeluruh ini ditetapkan berdasarkan suatu persentase (%) dari target penjualan. Sebagai contoh : pabrik pupuk
akan menetapkan anggaran pemasaran sebesar 15% dari penjualan. Kalau
perusahaan ingin meningkatkan market share nya, maka persentase tersebut juga
harus ditingkatkan.
· Alokasi Marketing Mix
Perusahaan harus menetapkan bagaimana
mengalokasikan anggaran pemasaran untuk suatu produk ke berbagai alat pemasaran
seperti periklanan, promosi penjualan, dan personal selling.
·
Penetapan
harga
Penetapan harga merupakan satu elemen yang
menghasilkan laba di dalam rencana pemasaran. Perusahaan harus menetapkan harga
dan daftar harga sebelum diberikan potongan. Selain itu juga harus mempertimbangkan faktor permintaan, biaya dan
persaingan dalam menetapkan harga yang direncanakan.
·
Alokasi
anggaran pemasaran pada produk
Kebanyakan perusahaan tidak hanya
menghasilkan satu macam produk saja, tetapi beberapa macam. Beberapa faktor
yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan dalam menentukan produk mana yang
harus ditambah atau dikurangi anggarannya adalah :
-
Jumlah product
line
-
Banyaknya product
mix
-
Jenis produk yang mempunyai permintaan cukup
banyak baik pada saat sekarang maupun saat yang akan datang
-
Jenis produk yang permintaannya sedikit
Organisasi Pemasaran
Struktur kegiatan pemasaran yang
optimal merupakan aktivitas yang terbaik bagi perusahaan. Masing-masing
perusahaan memiliki struktur yang berbeda-beda karena mereka berbeda dari segi
luas perusahaan maupun kompleksitas pasar yang dikuasainya.
Pada perusahaan
berskala besar, departemen pemasaran akan membawahi bagian :
-
Periklanan
-
Promosi
-
Produk
-
Penjualan
-
Sistem informasi pemasaran
-
Produk baru
Penerapan dan Pengendalian Pemasaran
Salah satu
fungsi pokok dari manajer selain perencanaan dan penerapan adalah pengawasan /
pengendalian. Adapun proses pengawasan yang harus dilakukan oleh manajemen ada
tiga tahap, yaitu :
1.
Mengetahui
apa yang terjadi.
Dari fakta-fakta yang diperoleh manajemen
dapat membandingkan antara hasil riil dengan rencananya, sehingga dapat ditentukan
ada atau tidak adanya penyimpangan.
2. Mengetahui mengapa hal itu terjadi
Hal ini menyangkut beberapa alasan tentang
dapat dicapainya suatu hasil
3. Menentukan tindakan selanjutnya
Tindakan ini dapat berupa merencanakan
program untuk periode mendatang dan merencanakan kegiatan-kegiatan untuk
memperbaiki kondisi yang kurang baik.
2.5. Strategi Pemasaran
Perbedaan pengertian antara istilah strategi, tujuan dan taktik adalah :
·
Tujuan :
Tujuan perusahaan adalah memberikan kepuasan kepada pembeli dan masyarakat yang lain dalam pertukarannya untuk mendapatkan sejumlah laba, atau perbandingan antara penghasilan dan biaya yang menguntungkan.
·
Strategi
:
Strategi adalah suatu rencana yang diutamakan
untuk mencapai tujuan perusahaan. Beberapa perusahaan mungkin mempunyai tujuan
yang sama tetapi strategi yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut dapat
berbeda. Strategi dibuat berdasarkan suatu tujuan.
·
Taktik :
Taktik adalah tahap-tahap atau
langkah-langkah tertentu yang dipakai untuk melaksanakan strategi. Jika manajemen sudah merumuskan tujuan dan
strateginya, maka ia berada dalam posisi untuk menentukan taktik.
Ada perbedaan yang paling mendasar
antara taktik dan strategi, yaitu :
-
Strategi
mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan taktik
-
Strategi
pemasaran memerlukan keputusan dari manajemen tentang elemen-elemen marketing
mix perusahaan, sedangkan taktik merupakan program tertentu untuk jangka
pendek.
-
Strategi
bersifat permanen sehingga sulit dan memakan biaya besar jika diadakan
perubahan, sedangkan taktik dapat diubah dengan mudah.
Contoh :
Produsen obat
tradisional (jamu), menggunakan:
Strategi untuk memenuhi keinginan masyarakat akan obat yang berkhasiat tinggi.
Taktik berupa penawaran harga yang murah, dalah jumlah pembelian tertentu akan
mendapatkan kalender, dll
Adapun elemen-elemen strategi pemasaran beserta hubungan antara
masing-masing elemen dapat dilihat pada gambar berikut :
Pengembangan Strategi Pemasaran
Ada
5 konsep yang mendasari suatu strategi pemasaran, yaitu :
·
Segmentasi pasar
Merupakan dasar untuk mengetahui bahwa setiap
psar itu terdiri atas beberapa segmen yang berbeda-beda. Dalam setiap segmen
terdapat pembeli-pembeli yang mempunyai :
-
kebutuhan yang berbeda-beda
-
pola pembelian
yang berbeda-beda
-
tanggapan
yang berbeda-beda terhadap berbagai macam penawaran
·
Penentuan Posisi Pasar
Perusahaan berusaha memilih pola konsentrasi pasar khusus
yang dapat memberikan kesempatan maksimum untuk mencapai tujuan sebagai
pelopor. Perusahaan baru dapat beroperasi setelah memperoleh posisi tertentu di
pasar. Untuk mencapai posisi yang kuat perusahaan harus dapat memasuki segmen
pasar yang menghasilkan penjualan serta tingkat laba paling besar.
·
Strategi Memasuki Pasar
Adalah menentukan bagaimana memasuki segmen pasar yang
dituju. Perusahaan dapat menempuh beberapa cara untuk memasuki segmen pasar
yang dituju, yaitu :
-
membeli perusahaan lain
-
berkembang sendiri
-
mengadakan kerjasama dengan perusahaan lain
masalah-masalah yang
harus diperhatikan dalam memilih cara memasuki pasar adalah :
1. Membeli perusahaan lain
-
Perusahaan yang membeli tidak banyak mengetahui
tentang pasar dari perusahaan yang dibeli
-
sangat menguntungkan untuk memasuki pasar dari
perusahaan yang dibeli secepatnya
- Berkembang Sendiri
-
Memperoleh hak patent
-
Skala produksi yang paling ekonomis
-
Memperoleh saluran distribusi
-
Menentukan supplier yang paling menguntungkan
-
Biaya promosi yang mahal
- Kerjasama dengan perusahaan lain
-
Resiko ditanggung bersama-sama, jadi resiko
masing-masing perusahaan menjadi berkurang
-
Perusahaan dapat saling melengkapi atau menutupi
kekurangan-kekurangan yang ada, karena mereka memiliki keahlian dan sumber
sendiri-sendiri.
·
Strategi Marketing Mix
Marketing
Mix adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti
dari sistem pemasaran perusahaan, yaitu : produk, struktur harga, kegiatan
promosi dan sistem distribusi. Variabel-variabel marketing mix ini dapat
dipakai sebagai dasar untuk mengambil suatu strategi dalam usaha mendapatkan
posisi yang kuat dipasar.
·
Strategi Penentuan Waktu
Perusahaan dapat mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan
apabila bergerak terlalu cepat atau terlalu lambat. Oleh karena itu masalah
penentuan waktu yang tepat sangat penting bagi perusahaan untuk melaksanakan
program pemasarannya.
BAB III
MANAJEMEN SALURAN DISTRIBUSI
Saluran distribusi, kadang-kadang
disebut saluran perdagangan atau saluran pemasaran, dapat
didefinisikan dalam beberapa cara, Umumnya definisi yang ada memberikan
gambaran tentang saluran distribusi ini sebagai suatu rute atau jalur.
Selama suatu lembaga atau perusahaan
menawarkan barang atau jasa, masalah distribusi ini tidak dapat dipisahkan. Kegiatan distribusi selalu dilakukan
meskipun tidak menggunakan perantara sebagai lembaga. Jadi, kegiatan
distribusinya langsung diarahkan oleh produsen kepada konsumennya. Namun tidak
jarang para perantara ini digunakan oleh produsen untuk mendistribusikan hasil
produksinya kepada pembeli akhir.
3.1. Definisi Saluran
Distribusi
David A. Revzan mengatakan bahwa Saluran merupakan suatu jalur yang dilalui
oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan.akhirnya sarnpai pada
pemakai.
Definisi tersebut masih bersifat sempit.
Istilah barang sering diartikan
sebagai suatu bentuk fisik. Akibatnya, definisi ini Iebih cenderung
menggambarkan pemindahan jasa-jasa atau kombinasi antara barang dan jasa.
Selain membatasi barang yang disalurkan, definisi ini juga membatasi
lembaga-lembaga yang ada.
Definisi lain tentang saluran
pemasaran ini dikernukakan oleh The
American Marketing Association, yang menekankan tentang banyaknya lembaga
yang ada dalam aliran/arus barang. Asosiasi tersebut menyatakan bahwa Saluran merupakan suatu struktur unit
organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas agen, dealer,
pedagang besar dan pengecer, melalui mana sebuah komoditi, produk, atau jasa
dipasarkan.
Definisi kedua ini lebih luas
dibandingkan dengan definisi yang pertama. Dengan memasukkan istilah struktur,
definisi ini mempunyai tambahan arti yang bersifat statis pada saluran dan
tidak dapat membantu untuk mengetahui tentang hubungan-hubungan yang ada antara
masing-masing lembaga.
Definisi yang dipakai adalah
definisi yang bersifat paling luas, dikemukakan oleh C. Glenn Walters, bahwa Saluran adalah sekelompok pedagang dan agen
perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan phisik dan nama dari suatu
produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu.
Dari definisi tersebut dapat
diketahui adanya beberapa unsur penting, yaitu :
1. Saluran merupakan sekelompok lembaga yang
ada diantara berbagai lembaga yang mengadakan kerja sama untuk mencapai suatu
tujuan.
2. Karena anggota-anggota kelompok terdiri
atas beberapa pedagang dan beberapa agen, maka ada sebagian yang ikut
memperoleh nama dan sebagian yang lain tidak.
3. Tujuan dari saluran pemasaran adalah untuk
mencapai pasar-pasar tertentu. Jadi pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan
saluran
4. Saluran melaksanakan dua kegiatan penting
untuk mencapai tujuan, yaitu mengadakan penggolongan produk dan
mendistribusikannya. Penggolongan produk menunjukkan jumlah dari berbagai
keperluan produk yang dapat memberikan kepuasan kepada pasar.
3.2. Definisi Manajemen Saluran
Konsep tentang saluran pemasaran disini
berorientasi pada keputusan dimana fungsi-fungsi saluran tidak dapat dilakukan
dengan baik tanpa adanya beberapa strategi. Strategi itu sendiri merupakan
suatu rencana umum atau menyeluruh, sebagai petunjuk untuk mengambil keputusan
dalam kegiatan saluran.
Dalam hal ini, strategi mempunyai hubungan
yang erat dengan manajemen secara fisik maupun non fisik daripada saluran.
Jadi, menurut C. Glenn Walters,
manajemen saluran dapat didefinisikan sebagai berikut :
Manajemen Saluran adalah pengembangan strategi yang searah
didasarkan pada berbagai keputusan yang berkaitan untuk memindahkan
barang-barang secara fisik maupun non fisik guna mencapai tujuan perusahaan dan
berada di dalam kondisi lingkungan tertentu.
3.3. Alasan Penting untuk Menggunakan
Perantara
Perantara pemasaran ini merupakan lembaga
atau individu yang menjalankan kegiatan khusus di bidang distribusi. Mereka itu
adalah :
•
Perantara pedagang
•
Perantara agen
Pada umumnya, alasan utama untuk menggunakan
perantara adalah bahwa mereka ini dapat membantu meningkatkan efisiensi distribusi.
Kadang-kadang sulit untuk melihat adanya peningkatan efisiensi tersebut.
Satu cara untuk menunjukkan efisiensi ini adalah dengan diagram saluran seperti
yang terlihat pada gambar 3.1.
Pada gambar 3.1a, produsen tidak
menggunakan perantara sebagai penyalur. Jadi, penyalurannya langsung dari
produsen kepada pembeli. Dalam hal ini, produsen harus melakukan kontak
penjualan jauh lebih banyak, yaitu sebanyak 40 hubungan. Ini terjadi antara 4
produsen dengan 10 pembeli.
Pada gambar 3.1b, dapat dilihat
bahwa penggunaan perantara dapat meningkatkan efisiensi distribusi. Dengan
adanya perantara maka kontak penjualan yang terjadi antara produsen dengan
pembeli akhir hanya sebanyak 14 transaksi. Ini jauh lebih kecil dibandingkan tanpa
perantara (sebanyak 40 transaksi). Jadi, dengan memasukkan perantara ke
dalam saluran distribusi akan mengurangi jumlah pekerjaan yang harus dilakukan.
3.4. Keuntungan Menggunakan Perantara
Beberapa keuntungan yang diperoleh bila
menggunakan perantara, adalah :
1. Mengurangi tugas produsen dalam
kegiatan distribusi untuk mencapai konsumen.
produsen cukup menghubungi perantara untuk menyampaikan produknya kepada
konsumen yang banyak.
2. Kegiatan distribusinya cukup baik
bila perantara sudah mempunyai pengalaman. Mereka dipandang lebih baik karena
memang tugas yang dilakukan hanyalah di bidang distribusi.
3. Perantara dapat membantu menyediakan peralatan dan jasa reparasi yang
dibutuhkan untuk beberapa jenis produk tertentu, sehingga produsen tidak perlu
rnenyediakannya.
4. Perantara dapat membantu di
bidang pengangkutan dengan menyediakan alat-alat transpor sehingga meringankan
beban produsen maupun konsumen untuk mencarinya.
5. Perantara dapat membantu di bidang penyimpanan den menyediakan
fasilitas-fasilitas penyimpanan, seperti gudang fasilitas penyimpanan lainnya
sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan oleh konsumen, dapat memenuhinya.
6. Perantara dapat membantu di bidang
keuangan dengan menyediakan sejumlah dana untuk melakukan penjualan secara
kredit kepada pembeli akhir, atau untuk melakukan pembelian tunai dan produsen.
7.
Keuntungan lain yang dapat diharapkan oleh
produsen dari perantara ini adalah :
• Membantu dalam pencarian konsumen.
• Membantu dalam kegiatan promosi.
• Membantu dalam penyediaan informasi.
• Membantu dalam pengepakan dan pembungkusan.
• Membantu dalam penyortiran.
3.5. Perantara Pedagang
Pada dasarnya, perantara pedagang (merchant middleman) bertanggung-jawab
terhadap pemilikan semua barang yang dipasarkannya. Dalam hubungannya dengan
pemindahan milik, kegiatan perantara pedagang ini berbeda dengan lembaga lain
yang termasuk dalam perantara agen, seperti : perusahaan transport, perusahaan
pergudangan dan sebagainya. Adapun lembaga-lembaga yang termasuk dalam golongan
Perantara pedagang
adalah :
1. Pedagang besar (wholesaler)
Adalah sebuah unit usaha yang
membeli dan menjual kembali barang-barang kepada pengecer dan pedagang lain dan
atau kepada pemakai industri, pemakai lembaga, dan pemakai komersial yang tidak
menjual dalam volume yang sama kepada konsumen akhir.
Istilah pedagang besar ini hanya
digunakan pada perantara pedagang yang terikat dengan kegiatan perdagangan
besar dan biasanya tidak melayani penjualan eceran kepada konsumen akhir.
2. Pengecer (retailer)
Adalah sebuah lembaga yang melakukan
kegiatan usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi
(non bisnis)
Perdagangan eceran meliputi semua
kegiatan yang berhubungan secara langsung dengan penjualan barang atau jasa
kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi (bukan untuk keperluan usaha).
3.6. Perantara Agen
Perantara agen ini dibedakan dengan
perantara pedagang karena tidak mempunyai hak milik atas semua barang yang
ditangani.
Agen adalah lembaga yang
melaksanakan perdagangan dengan menyediakan jasa-jasa atau fungsi khusus yang
berhubungan dengan penjualan atau distribusi barang, tetapi mereka tidak
memiliki hak untuk memiliki barang yang diperdagangkan
Pada dasarnya perantara agen
digolongkan kedalam dua kelompok, yaitu :
1.
Agen
Penunjang
( Facilitating agent)
Merupakan agen yang mengkhususkan kegiatannya dalam beberapa aspek
pemindahan barang dan jasa. Pembagiannya adalah sebagai berikut :
·
Agen
pengangkutan borongan (Bulk
transportation agent)
·
Agen penyimpanan (Storage agent)
·
Agen
pengangkutan khusus (Speciality Shipper)
·
Agen penjualan dan pembelian (purchase dan sales agent)
Kegiatan agen penunjang adalah membantu
untuk memindahkan barang-barang sedemikian rupa sehingga mengadakan hubungan
langsung dengan pembeli dan penjual. Jadi agen penunjang ini melayani
kebutuhan-kebutuhan dari setiap kelompok secara serempak.
2.
Agen
Pelengkap (Supplemental agent)
Agen ini berfungsi melaksanakan jasa-jasa
tambahan dalam penyaluran barang dengan tujuan memperbaiki adanya
kekurangan-kekurangan. Apabila
pedagang atau lembaga lain tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan penyaluran barang, maka agen pelengkap dapat
menggantikannya. Jasa-jasa yang dilakukannya antara lain :
·
Jasa Pembimbingan/ konsultasi
·
Jasa financial
·
Jasa informasi
·
Jasa khusus
Berdasarkan macam jasa yang mereka tawarkan tersebut, agen pelengkap dapat
digolongkan ke dalam :
- Agen yang membantu dibidang keuangan, seperti bank
- Agen yang membantu dalam mengambil keputusan, seperti biro iklan, lembaga penelitian, dokter
- Agen yang membantu dalam penyediaan informasi, seperti televisi, surat kabar, radio
- Agen khusus yang tidak termasuk dalam ketiga golongan diatas.
3.7. Beberapa Alternatif Distribusi
Beberapa alternatif distribusi yang
akan dibahas disini didasarkan pada jenis barang dan dan segmen pasarnya, yaitu
:
·
Barang
konsumsi, ditujukan untuk segmen pasar konsumen
·
Barang
Industri, ditujukan untuk segmen pasar industri
Kedua macam barang tersebut memerlukan saluran distribusi yang berbeda
karena segmen pasar yang dituju juga berbeda. Namun demikian dapat juga dipakai
satu macam saluran untuk kedua produk tersebut. Hal ini dimungkinkan karena
satu jenis barang dapat digolongkan kedalam barang konsumsi maupun barang
industri. Sebagai contoh : Tekstil, dapat digunakan oleh perusahaan konveksi
kecil sebagai bahan bakunya (termasuk barang industri), tetapi juga dapat
dibeli oleh konsumen rumah tangga (termasuk barang konsumsi) untuk keperluan
sendiri. Untuk mencapai segmen pasar industri atau segmen pasar konsumen,
produsen tekstil dapat memakai saluran distribusi yang sama, yaitu melalui
pedagang besar dan pengecer.
3.7.1. Saluran Distribusi Barang Konsumsi
Dalam penyaluran barang konsumsi yang
ditujukan untuk pasar konsumen, terdapat lima macam saluran. Pada setiap
saluran, produsen mempunyai alternatif yang sama untuk menggunakan kantor dan
cabang penjualan. Adapun macam-macam saluran distribusi barang konsumsi
adalah :
1.
Produsen – Konsumen
Ini adalah saluran yang paling pendek, dan paling sederhana. Tanpa
menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkan melalui
Pos atau langsung mendatangi rumah konsumen. Disebut juga saluran distribusi langsung.
2.
Produsen – Pengecer – Konsumen
Disini pengecer besar langsung melakukan pembelian pada produsen. Adapula
beberapa produsen yang mendirikan toko pengecer sehingga dapat secara langsung
melayani konsumen.
3. Produsen – Pedagang besar – Pengecer –
Konsumen
Saluran seperti ini banyak digunakan oleh produsen dan dinamakan sebagai saluran distribusi tradisional. Disini
Produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar
saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang
besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani oleh pengecer saja.
4.
Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen
Disini Produsen memilih agen sebagai
penyalurnya. Dia menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran
distribusi yang ada. Sasaran penjualannya terutama ditujukan kepada para
pengecer besar.
5. Produsen – Agen – Pedagang Besar –
Pengecer – Konsumen
Dalam saluran distribusi, produsen sering menggunakan agen sebagai
perantara untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian
menjualnya kepada toko-toko kecil.
3.7.2. Saluran Distribusi Barang Industri
Ada empat macam saluran yang dapat
digunakan untuk mencapai pemakai industri. Keempat macam saluran
distribusi tersebut adalah :
1. Produsen
– Pemakai Industri
Saluran distribusi dari produsen ke pemakai industri merupakan saluran yang
paling pendek, dan disebut juga saluran distribusi langsung. Saluran semacam
ini cocok untuk barang-barang industri seperti : lokomotif, kapal, pesawat
terbang, dll.
2.
Produsen – Distributor Industri – Pemakai
industri
Produsen barang-barang jenis perlengkapan
operasi dan aksesories atau equipment kecil dapat menggunakan distributor
industri untuk mencapai pasarnya. Produsen lain yang dapat menggunakan
distributor industri sebagai penyalurnya antara lain : produsen bahan bangunan,
produsen alat-alat untuk pembangunan, produsen alat pendingin udara.
3. Produsen
– Agen – Pemakai Industri
Biasanya saluran distribusi semacam ini
dipakai oleh produsen yang tidak memiliki departemen pemasaran. Juga perusahaan
yang ingin memperkenalkan barang baru atau ingin memasuki daerah pemasaran
baru, lebih suka menggunakan agen.
4. Produsen – agen – Distributor Industri –
Pemakai Industri
Saluran distribusi ini dapat digunakan oleh perusahaan dengan pertimbangan
antara lain bahwa unit penjualannya terlalu kecil untuk dijual secara langsung.
Selain itu faktor penyimpanan pada saluran perlu dipertimbangkan pula. Dalam
hal ini agen penunjang seperti agen penyimpanan sangat penting peranannya.
3.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
Saluran
Produsen harus memperhatikan
berbagai macam faktor yang sangat berpengaruh dalam pemilihan saluran distribusi.
Faktor-faktor tersebut adalah :
1.
Pertimbangan Pasar
Karena saluran distribusi sangat
dipengaruhi oleh pola pembelian konsumen, maka keadaan pasar ini merupakan
faktor penentu dalam pemilihan saluran. Beberapa faktor pasar yang perlu
diperhatikan adalah :
a.
Konsumen
/ pasar industri
Apabila
pasarnya berupa pasar industri maka perusahaan jarang/ bahkan tidak pernah
menggunakan pengecer dalam saluran distribusinya. Jika pasarnya berupa
konsumen dan pasar industri, maka perusahaan akan menggunakan lebih dari satu
saluran.
b.
Jumlah
pembeli potensial
Jika
jumlah konsumen relative kecil dalam pasarnya, maka perusahaan dapat mengadakan
penjualan secara langsung pada pembeli
c.
Konsentrasi
pasar secara geografis
Untuk daerah konsentrasi yang mempunyai
tingkat kepadatan yang tinggi maka perusahaan dapat menggunakan distributor industry
d.
Jumlah
pesanan
Jika volume yang dibeli oleh pemakai produk
tidak begitu besar atau relative kecil, maka perusahaan dapat menggunakan
distributor industri.
e.
Kebiasaan
dalam pembelian
Kebiasaan membeli dari konsumen akhir dan
pemakai industri sangat berpengaruh pula terhadap kebijaksanaan dalam
penyaluran. Termasuk dalam kebiasaan membeli ini antara lain :
- kemauan
untuk membelanjakan uangnya
- tertariknya
pada pembelian dengan kredit
-
lebih
senang melakukan pembelian yang tidak berkali-kali
- tertariknya
pada pelayanan penjual
2. Pertimbangan
Barang
Beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan dari segi barang ini antara lain :
a.
Nilai
unit
Jika
nilai unit dari barang yang dijual relative rendah maka produsen cenderung
untuk menggunakan saluran distribusi yang panjang. Tetapi jika nilai unitnya
relative tinggi maka saluran distribusinya pendek atau langsung.
b.
Besar
dan berat barang
Manajemen
harus mempertimbangkan ongkos angkut dalam hubungannya dengan nilai barang
secara keseluruhan dimana besar dan berat barang sangat menentukan. Jika ongkos
angkut terlalu besar dibandingkan dengan nilai barangnya sehingga terdapat
beban yang berat bagi perusahaan, maka sebagian beban tersebut dapat dialihkan
kepada perantara. Jadi, perantara ikut menanggung sebagian dari ongkos
angkut.
c.
Mudah
rusaknya barang
Jika
barang yang dijual mudah rusak maka perusahan tidak perlu menggunakan
perantara. Jika ingin menggunakannya maka harus dipilih perantara yang memiliki
fasilitas penyimpanan yang cukup baik
d.
Sifat
teknis
Beberapa
jenis barang industri seperti instalasi biasanya disalurkan secara langsung
kepada pemakai industri. Dalam hal ini produsen harus mempunyai penjual yang
dapat menerangkan berbagai masalah teknis penggunaan dan pemeliharaannya.
e.
Barang
standard dan pesanan
Jika
barang yang dijual berupa barang standard maka dipelihara sejumlah persediaan
pada penyalur. Kalau barang yang dijual berdasarkan pesanan maka penyalur tidak
perlu memelihara persediaan.
f.
Luasnya
product line
Jika perusahaan hanya membuat satu macam
barang saja, maka penggunaan pedagang besar sebagai penyalur adalah baik. Tetapi jika macam barangnya banyak maka
perusahaan dapat menjual langsung kepada para pengecer.
3.
Pertimbangan Perusahaan
Pada
segi perusahaan, beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah :
a.
Sumber
pembelanjaan
Penggunaan saluran distribusi langsung atau
pendek biasanya memerlukan jumlah dana yang lebih besar. Oleh karena itu,
saluran distribusi pendek ini kebanyakan hanya dilakukan oleh perusahaan yang
kuat dibidang keuangannya. Perusahaan yang tidak kuat kondisi keuangannya akan
cenderung menggunakan saluran distribusi yang lebih panjang.
b.
Pengalaman
dan kemampuan manajemen
Suatu perusahaan yang menjual barang baru,
atau ingin memasuki pasaran baru, lebih suka menggunakan perantara. Hal ini disebabkan karena umumnya para
perantara sudah mempunyai pengalaman, sehingga manajemen dapat mengambil
pelajaran dari mereka.
c.
Pengawasan
saluran
Pengawasan
akan lebih mudah dilakukan bila saluran distribusinya pendek. Jadi, perusahaan
yang ingin mengawasi penyaluran barangnya cenderung memilih saluran yang pendek
walaupun ongkosnya tinggi.
d.
Pelayanan
yang diberikan oleh penjual
Jika produsen mau memberikan pelayanan yang
lebih baik seperti membangun etalase (ruang peragaan), mencarikan pembeli untuk
perantara, maka akan banyak perantara yang bersedia menjadi penyalurnya.
4. Pertimbangan
Perantara
Pada
segi perantara, beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah :
a.
Pelayanan
yang diberikan oleh perantara
Jika perantara mau memberikan pelayanan yang
lebih baik, misalnya dengan menyediakan fasilitas penyimpanan, maka produsen
akan bersedia menggunakannya sebagai penyalur.
b.
Kegunaan
perantara
Perantara akan digunakan sebagai penyalur
apabila ia dapat membawa barang produsen dalam persaingan, dan selalu mempunyai
inisiatif untuk memberikan usul tentang barang baru
c.
Sikap
Perantara terhadap kebijaksanaan produsen
Kalau perantara bersedia menerima resiko yang
dibebankan oleh produsen, misalnya resiko turunnya harga, maka produsen dapat
memilihnya sebagai penyalur. Hal ini
dapat memperingan tanggung jawab produsen dalam menghadapi berbagai macam
resiko.
d.
Volume
penjualan
Dalam
hal ini , produsen cenderung memilih perantara yang dapat menawarkan barangnya
dalam volume yang besar untuk jangka waktu lama
e.
Ongkos
Jika
ongkos dalam penyaluran barang dapat lebih ringan dengan digunakannya
perantara, maka hal ini dapat dilaksanakan terus
3.9. Menentukan Banyaknya Penyalur
Setelah menentukan banyaknya saluran
distribusi yang akan dipakai, perusahaan/produsen perlu menentukan jumlah
perantara untuk ditempatkan sebagai pedagang besar atau pengecer. Dalam
hal ini produsen mempunyai tiga alternatif pilihan, yaitu :
1. Distribusi
Intensif
Distribusi
Intensif ini dapat dilakukan oleh produsen yang menjual barang konvenien.
Perusahaan berusaha menggunakan penyalur, terutama pengecer sebanyak-banyaknya
untuk mendekati dan mencapai konsumen. Semua ini dimaksudkan untuk mempercepat
pemenuhan kebutuhan konsumen. Sedangkan untuk barang industri, distribusi
intensif ini biasanya terbatas untuk jenis operating supplies atau barang
standard lainnya, seperti obeng, minyak pelumas, dan lainnya.
2.
Distribusi Selektif
Perusahaan yang menggunakan distribusi
selektif ini berusaha memilih suatu jumlah pedagang besar/ pengecer yang
terbatas dalam suatu daerah geografis. Biasanya saluran ini dipakai untuk memasarkan produk baru, barang shopping
atau barang special, dan barang industri jenis accessory equipment. Penggunaan
saluran distribusi selektif ini dimaksudkan untuk meniadakan penyalur yang
tidak menguntungkan dan meningkatkan volume penjualan dengan jumlah transaksi
lebih terbatas.
3. Distribusi
Eksklusif
Distribusi eksklusif ini dilakukan oleh
perusahan dengan hanya menggunakan satu pedagang besar atau pengecer dalam
daerah pasar tertentu. Jadi produsen/ penyedia hanya menjual produknya kepada
satu pedagang besar atau satu pengecer saja. Pada umumnya, distribusi eksklusif
ini banyak dipakai :
a.
Untuk barang-barang special
b. Apabila
penyalur bersedia membuat persediaan dalam jumlah besar sehingga pembeli lebih
leluasa dalam memilih produk yang akan dibelinya
c. Apabila
produk yang dijual memerlukan servis sesudah penjualan (pemasangan, reparasi,
dsb), misalnya alat pendingin udara (AC), almari es dll.
Setelah diketahui panjangnya saluran dan
banyaknya penyalur yang digunakan oleh produsen. Secara keseluruhan dapat diadakan pembandingan
untuk jenis-jenis barang konsumsi.
Tabel 3.1. Alternatif Strategi Distribusi
untuk Barang Konsumsi
Berdasarkan
Intensitasnya
Jenis Barang Konsumsi
|
Panjangnya
Saluran
|
Alternatif Strategi Distribusi
|
Pola Distribusi dlm Pasar yang ada
|
Konvenien
Shopping
Spesial
|
Umumnya panjang
Umumnya sedang
Umumnya pendek
|
Intensif
Selektif
Eksklusif
|
Menyebar (banyak)
Jarang (beberapa)
Terpusat (satu)
|
3.10. Pengendalian Saluran Distribusi
Pengendalian saluran distribusi
dapat menjadi suatu masalah yang sulit bagi perusahaan yang mengandalkan fungsi
perdagangan besar dan eceran pada penyalur tertentu saja (penyalur independen).
Karena penyalur independent tersebut melaksanakan kegiatan bisnisnya untuk
kepentingan sendiri, artinya, mereka hanya tertarik untuk menjual barang yang
dapat meningkatkan laba mereka.
Produsen yang menjual melalui
penyalur indipenden tersebut harus dapat merancang produk dan program pemasaran
yang menarik. Untuk membuat agar penyalur independent dapat lebih terikat pada
produsen, maka produsen harus mengambil beberapa kebijaksanaan seperti :
1.
Produsen
harus menyatakan bahwa tugasnya tidak berakhir pada saat produk terjual, tetapi
masih perlu memberikan pelayanan sesudah penjualan kepada pembeli akhir.
2.
Produsen
harus menyatakan bahwa masalah yang dihadapi penyalur merupakan masalah bagi
produsen dan tidak dapat diabaikan jika ingin mempertahankan posisi pasarnya.
3.
Produsen
harus memberi ganti kepada penyalur atas garansi dan servis lain yang
diberikannya kepada para pembeli.
4. Produsen harus dapat memberikan semangat
kepada penyalur dengan memberi sejumlah insentif. Beberapa teknik
pemberian insentif yang dapat digunakan antara lain :
·
Konsesi harga
·
Bantuan keuangan
·
Proteksi
3.11. Teknik yang
dipakai untuk membina kerjasama penyalur
Untuk membina kerjasama yang
baik dengan penyalur maka perusahaan dapat menggunakan beberapa teknik berikut
ini :
A.
KONSESI HARGA :
1.
Struktur Potongan
·
Potongan dagang
·
Potongan kuantitas
·
Potongan tunai
·
Potongan musiman
·
Pembebasan ongkos angkut
·
Pengurangan ongkos angkut
·
Penghargaan promosional
2.
Pengganti Potongan
·
Alat-alat peraga
·
Program latihan
·
Program pengawasan persediaan
·
Bantuan teknis
·
Pemberian catalog
·
Jasa konsultasi manajemen
B. BANTUAN
KEUANGAN :
- Pinjaman Berjangka
- Pembelian kredit
C. PROTEKSI
:
- Proteksi harga
- Proteksi persediaan
- Proteksi territorial (distribusi selektif dan eksklusif)
BAB IV
STRATEGI PENENTUAN HARGA
4.1. Pengertian Harga
Harga, nilai dan faedah (utility)
merupakan konsep-konsep yang sangat berkaitan. Utility adalah atribut
suatu produk yang dapat memuaskan kebutuhan. Sedangkan nilai adalah ungkapan secara kuantitatif tentang kekuatan barang untuk
dapat menarik barang lain dalam pertukaran. Dalam perekonomian kita sekarang
ini untuk mengadakan pertukaran atau untuk mengukur nilai suatu produk kita
menggunakan uang, bukan sistem barter. Jumlah uang yang digunakan didalam
pertukaran tersebut mencerminkan tingkat harga dari suatu barang.
“Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk
kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk
dan pelayanannya.”
4.2. Tujuan Penetapan Harga
Dalam strategi penentuan harga, manajer
harus menetapkan dulu tujuan penetapannya. Tujuan ini berasal dari perusahaan
itu sendiri yang selalu berusaha menetapkan harga barang dan jasa setepat
mungkin. Banyak perusahaan yang mengadakan pendekatan terhadap penentuan harga
berdasarkan tujuan yang hendak dicapainya.
Keputusan untuk menetapkan harga
sering melibatkan kepentingan pimpinan (top manager) terutama untuk produk
baru. Penentuan tingkat harga tersebut biasanya dilakukan dengan mengadakan
beberapa perubahan untuk menguji pasarnya, apakah menerima atau menolak ?. Jika
pasar menerima penawaran tersebut maka harga itu sudah sesuai. Tetapi jika
mereka menolak maka harga tersebut perlu diubah secepatnya. Jadi ada
kemungkinan keliru tentang keputusan harga yang diambil oleh manajer.
Sehingga kita perlu meninjau apakah
yang menjadi tujuan bagi penjual dalam menetapkan harga produknya. Tujuan-tujuan
tersebut adalah :
- Meningkatkan penjualan
- Mempertahankan dan memperbaiki market share
- Stabilitas harga
- Mencapai target pengembalian investasi
- Mencapai laba maksimum
4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Harga
Dalam kenyataannya, tingkat harga yang
terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1.
Keadaan
Perekonomian
Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi
tingkat harga yang berlaku dipasaran. Misalnya pada periode Resesi, yang
merupakan suatu periode dimana ada keputusan Pemerintah 15 November 1978 yang
menentukan nilai tukar $ 1,- (satu dolar) Amerika dari Rp. 415,- menjadi Rp.
625,-. Sehingga terjadilah reaksi-reaksi dari kalangan masyarakat bisnis.
Reaksi spontan terhadap keputusan tersebut adalah adanya kenaikan harga-harga
barang, khususnya kenaikan harga barang-barang mewah, barang impor dan
barang-barang yang dibuat dengan bahan atau komponen dari luar negeri.
2.
Penawaran
dan Permintaan
Permintaan
adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada tingkat harga tertentu.
Pada umumnya tingkat harga yang lebih rendah akan mengakibatkan jumlah yang
diminta lebih besar. Hubungan antara harga dengan permintaan dapat digambarkan
dalam bentuk kurve, disebut kurve permintaan.
Penawaran
merupakan kebalikan dari permintaan, yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh
penjual pada suatu tingkat harga tertentu. Pada umumnya harga yang lebih tinggi
mendorong jumlah yang ditawarkan lebih besar. Hubungan antara harga dengan
jumlah yang ditawarkan dapat digambarkan dalam bentuk kurve, disebut kurve
penawaran.
Menurut teori ekonomi, harga akan ditentukan pada suatu titik
pertemuan antara kurve permintaan dan kurve penawaran. Hal ini dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
3.
Elastisitas
Permintaan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi
penentuan harga adalah sifat permintaan
pasar. Selain mempengaruhi penentuan harga, sifat permintaan pasar ini juga
mempengaruhi volume yang dapat dijual. Untuk beberapa jenis barang, harga dan
volume penjualan ini berbanding terbalik, artinya jika terjadi kenaikan harga
maka penjualan akan menurun dan sebaliknya.
·
Inelastis
Jika
permintaan itu bersifat inelastis, maka perubahan harga akan mengakibatkan
perubahan yang lebih kecil pada volume penjualannya.
·
Elastis
Apabila
permintaan itu bersifat elastis, maka perubahan harga akan menyebabkan
terjadinya perubahan volume penjualan dalam perbandingan yang lebih besar.
·
Unitary
Elasticity
Apabila
permintaan itu bersifat unitary elasticity, maka perubahan harga akan
menyebabkan perubahan jumlah yang dijual dalam proporsi yang sama. Dengan kata
lain, penurunan harga sebesar 10% akan mengakibatkan naiknya volume penjualan
sebesar 10%.
4.
Persaingan
Harga jual beberapa barang
sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada. Barang-barang dari hasil
pertanian dijual dalam keadaan persaingan murni (pure competition).
Dalam persaingan ini penjual yang berjumlah banyak aktif menghadapi pembeli
yang berjumlah banyak pula. Sehingga dengan banyaknya jumlah penjual dan
pembeli menyulitkan penjual perorangan untuk menjual dengan harga lebih tinggi.
Macam persaingan yang lain :
·
Persaingan
tidak sempurna
Untuk
barang-barang yang dihasilkan dari pabrik (barang-barang manufaktur) dengan
merk tertentu kadang-kadang mengalami kesulitan dalam pemasarannya. Hal ini
dapat disebabkan karena harganya lebih tinggi dari barang sejenis dengan merk
lain. Keadaan pasar seperti mi disebut persaingan tidak sempurna (imperfect competition), di mana barang
tersebut telah dibedakan dengan memberikan merk.
·
Oligopoli
Dalam keadaan oligopoli beberapa penjual menguasai pasar, sehingga harga yang ditetapkan dapat lebih tinggi daripada kalau dalam persaingan sempurna
Dalam keadaan oligopoli beberapa penjual menguasai pasar, sehingga harga yang ditetapkan dapat lebih tinggi daripada kalau dalam persaingan sempurna
·
Monopo!i
Dalam keadaan monopoli jumlah penjual yang ada di pasar hanya satu, sehingga penentuan harga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :
Dalam keadaan monopoli jumlah penjual yang ada di pasar hanya satu, sehingga penentuan harga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :
-
permintaan barang bersangkutan
- harga barang-barang substitusi/pengganti
- peraturan harga dan pemerintah
- harga barang-barang substitusi/pengganti
- peraturan harga dan pemerintah
5. Biaya
Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu
tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian.
sebaliknya, apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya
produksi, biaya operasi maupun biaya non operasi, akan rnenghasilkan
keuntungan.
6. Tujuan Perusahaan
Penetapan harga suatu barang sering
dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang akan
dicapai. Setiap perusahaan tidak selaiu mempunyai tujuan yang sama dengan
perusahaan lainnya. Tujuan-tujuan yang hendak dicapai tersebut antara lain :
Laba maksimum
Volume penjualan tertentu
Penguasaan pasar
Kembalinya modal yang tertanam dalain
jangka waktu tertentu.
7. Pengawasan Pemerintah
Pengawasan pemerintah juga merupakan faktor penting dalam
penentuan harga. Pengawasan pemerintah tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk :
penentuan harga maksimum dan minimum, diskriminasi harga, serta praktek-praktek
lain yang mendorong atau mencegah usaha-usaha ke arah monopoli.
4.4. Keputusan Tentang Harga
Ada beberapa keputusan menyangkut
penentuan harga, temasuk harga tertentu yang dibebankan kepada masing-masing
produk atau jasa yang dipasarkan. Tetapi harga itu juga dapat ditentukan oleh
pembeli yang membeli produk atau jasa perusahaan.
Perusahaan juga harus mengambil
keputusan tentang perlu/tidaknya memberikan potongan untuk pembayaran yang
lebih awal. Jika perusahaan mengambil kebijaksanaan untuk mernberikan potongan
tunai, maka perlu ditentukan kapan seorang pembeli akan menerima potongan tunai
dan berapa besar jumlah potongannya. Dan apakah potongan tersebut diperuntukkan
bagi penyalur juga.
Semua keputusan dan masalah tersebut
sebenarnya cukup sulit ditentukan apalagi bagi perusahaan yang menjual berbagai
macam produk. Hal ini disebabkan karena setiap jenis produk memerlukan
penetapan harga yang berbeda-beda.
Pada masa lampau,
keputusan-keputusan seperti itu cenderung bersifat pasif di mana perusahaan
menggunakan praktek penetapan harga dari pesaing. Sekarang, dalam kondisi
persaingan yang semakin ketat, perusahaan-perusahaan berubah meningkatkan efisiensi cara produksinya dan menekan biaya. Semua ini ditujukan
untuk menekan harga supaya mendapatkan posisi yang baik dalam persaingan.
4.5. Prosedur Penetapan Harga
Jika tujuan penetapan harga sudah
ditentukan, maka manajemen dapat mengalihkan perhatian pada prosedur penentuan
harga barang atau jasa yang ditawarkan. Prosedur penentuan harga yang dipakai
melputi enam tahap, yaitu:
1. Mengestimasikan Permintaan untuk Barang
Tersebut
Dalam tahap pertama ini, penjual membuat
estimasi permintaan barangnya secara total. Hal ini lebih mudah dilakukan
terhadap permintaan barang yang ada dibandingkan dengan permintaan barang baru.
Pengestimasian perrnintaan tersebut dapat dilakukan dengan :
a. Menentukan harga yang
diharapkan (expected price), yaitu harga yang diharapkan dapat diterima oleh konsumen,
b. Mengestimasikan volume penjualan
pada berbagai tingkat harga. Hal ini menyangkut pula pertimbangan tentang masalah
elastisitas permintaan suatu barang. Mengestimasikan volume penjualan pada
berbagai tingkat harga yang berbeda adalah penting juga dalam hubungannya
dengan penentuan break-even point.
Tabel
4.1. Metode Pengestimasian Permintaan
Metode
|
Bentuk
|
Tujuan
|
Survey
|
Daftar
pertanyaan(wawancara secara pribadi, telepon, surat)
|
Untuk
menciptakan fakta dan opini dari responden yang berkaitan baik terhadap
proyeksi kuantitas pada berbagai tingkat harga ataupun terhadap keinginan untuk
membeli segera
|
Eksperimen
laboratorium
|
Contoh
wisata untuk berbelanja
|
Untuk
memisahkan dan mengawasi berbagai dorongan pasar yang mempengaruhi
permintaan, dan kemudian mengamati reaksi pembeli terhadap perubahan factor
pendorong tersebut
|
Eksperimen
lapangan
|
Penyimpangan harga yang terkendali
ditoko
|
Untuk mengamati reaksi terhadap harga
dalam suatu lingkungan alami
|
Statistik
|
Derivasi
persamaan permintaan dari sejumlah pengamatan
|
Untuk mengestimasikan hubungan harga
kuantitas
|
2.
Mengetahui Lebih Dulu Reaksi dalam Persaingan
Kondisi persaingan sangat mempengaruhi
kebijaksanaan penentuan harga bagi perusahaan atau penjual. Oleh karena itu
penjual perlu mengetahui reaksi persaingan yang terjadi dipasar mengetahui
reaksi persaingan yang terjadi di pasar serta sumber-sumber penyebabnya. Adapun
sumber-sumber persaingan yang ada dapat berasal dari :
-
Barang
sejenis yang dihasilkan oleh perusahaan lain.
- Barang
pengganti atau substitusi.
- Barang-barang
lain yang dibuat oleh perusahaan lain yang sama-sama menginginkan uang
konsumen.
3.
Menentukan Market Share yang Dapat Diharapkan
Perusahaan
yang agresif selalu menginginkan market
share yang lebih besar. Kadang-kadang,
perluasan market share harus dilakukan dengan mengadakan periklanan dan bentuk
lain dan persaingan bukan harga. Market share yang diharapkan rersebut akan
dipengaruhi oleh kapasitas produksi yang ada, biaya ekspansi, dan mudahnya
memasuki persaingan.
4. Memilih Strategi Harga untuk Mencapai Target Pasar
Dalam hal ini penjual dapat memilih
di antara dua macam strategi harga yang dianggap paling ekstrim, yaitu : skim-the-cream-pricing dan penetration pricing
5. Mempertimbangkan Politik Pemasaran
Perusahaan
Tahap selanjutnya dalam prosedur
penentuan harga adalah mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan dengan
melihat pada barang, sistem distribusi, dan program promosinya. Perusahaan
tidak dapat menentukan harga suatu barang tanpa mempertimbangkan barang lain
yang dijualnya. Demikian pula dalam saluran distribusinya, harus diperhatikan ada
atau tidaknya penyalur yang juga menerima sebagian dari harga jual.
4.6. Penentuan Harga Dasar dan Laba yang Diharapkan
Dalam kaitannya dengan prosedur
penetapan harga maka perlulah ditentukan berbagai alternatif harga untuk
mengetahui seberapa besar laba yang bisa diharapkan. Alternatif-alternatif
tersebut akan tergantung pada pemilihan perusahaan dan elastisitas yang ada.
Dengan semakin luas jarak masing-masing alternatif harga dan semakin besar
elastisitas permintaannya, maka semakin banyak pula alternatif harga yang harus
dipertimbangkan.
Titik break-even ini
sangat penting karena dapat menunjukkan tingkatan operasi yang menguntungkan.
Adanya peningkatan dalam permintaan atau penurunan dalam biaya total akan
memperluas tingkat operasi yang menguntungkan dan meningkatkan laba.
4.7. Penetapan Harga Dasar dalam Kondisi yang
Tidak Pasti
Dalam
pembahasan tentang penentuan harga dasar, kita telah melihat bahwa hal ini
penting bagi perencanaan pemasaran untuk mengestimasi volume penjualan pada
masing-masing alternatif harga, dan ini semakin sulit dengan semakin tidak
pastinya keadaan.
Sebuah pendekatan untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan menggunakan teori keputusan. Teknik tersebut
mengharuskan manajer pemasaran untuk menentukan tingkatan harga yang layak.
Sebuah contoh tentang penerapan teknik tersebut dapat dilihat berikut ini.
Dianggap bahwa pada setiap tingkatan harga akan menghasilkan tiga tingkatan
permintaan, yaitü :
• Qo = Permintaan yang optimis
• Qm = Permintaan yang paling rnungkin.
• Qp = Permintaan yang pesimis.
• Qm = Permintaan yang paling rnungkin.
• Qp = Permintaan yang pesimis.
Tabel 4.3. memperlihatkan estimasi permintaan Qo , Qm dan Qp untuk enam tingkatan harga. Setiap kolom dalam tabel dianggap sebagai pencerminan kurve permintaan. Kurve-kurve ini dapat dilihat garnbarnya pada gambar 10.4, beserta kurve pendapatan totalnya. Jika dianggap bahwa biaya tetap = Rp 300.000,- dan biaya variabelnya = Rp 33,33 per unit, maka kurve biaya totalnya juga dapat digambarkan.
Dari gambar 4.4 tersebut dapat dilihat bahwa pada harga P1 (Rp. 85,-), jumlah
6.000 unit akan merupakan permintaan yang pesirnis. HaI ini dapat dikatakan sebagai batas
harga tertinggi karena laba = 0. Demikian pula, pada harga P2 (Rp 60,-), jumlah yang diminta akan
sebanyak 11.000, unit, dan hal ini dapat dikatakan sebagai batas harga terbawah
karena laba yang dihasilkan juga = 0.
Jadi, harga yang mungkin ditetapkan adalah berkisar antara Rp 60,- dengan Rp
85,-
Sesudah menetapkan daerah penetapan
harga yang rnungkin dilakukan, tahap berikutnya adalah menghitung laba untuk masing-masing tingkat harga pada setiap
kondisi permintaan dengan suatu tabel (lihat tabel 4.4). Kita perlu membuat
suatu kriteria dan memilih tingkat harga yang paling baik bagi kriteria
tersebut. Misalnya dianggap bahwa kriterianya adalah maksimisasi laba yang
diharapkan. Dengan membuat suatu timbangan / weight (probabilitas subyektif) untuk setiap estimasi permintaan, maka kita
dapat menghitung laba yang diharapkan pada setiap alternatif harga.
Susunan probabilitas tersebut adalah sebagai berikut :
Susunan probabilitas tersebut adalah sebagai berikut :
Qp = 0,2 ; Qm = 0,6 ; Qo = 0,2
Nilai laba yang diharapkan dapat
dilihat pada Kolom terakhir dan tabel 10.4.. Strategi penetapan harga Rp
80,00 akan menghasilkan laba tertinggi sehingga dapat dipilih sebagai harga
dasar dalam kasus tersebut.
4.8. Metode Praktis
Penetapan harga barang dan jasa yang
efisien sering merupakan masalah yang sulit bagi sebuah perusahaan. Penetapan
ini didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan dan laba, tetapi kombinasi
optimal dari faktor-faktor tersebut berbeda sesuai dengan sifat produknya,
pasarnya, dan tujuan perusahaan.Teknik
yang sering dipakai dalam penetapan harga adalah :
1.
Penetapan Harga Mark-up (Mark up Pricing)
Mark
up merupakan jumlah rupiah yang
ditambahkan pada biaya dari suatu produk untuk menghasilkan harga jual.
Jadi
mark-up tersebut dipakai untuk menutup biaya overhead dan laba bagi perusahaan.
Biasanya mark-up ini ditentukan dengan persentase dari biaya produk atau harga
jualnya. Biasanya para pedagang
besar dan pengecer lebih banyak menentukan mark-up nya berdasarkan harga jual,
sedangkan produsen menentukan mark-up nya berdasarkan biaya.
Harga Jual = Biaya Produk + Mark Up
Harga Jual = Biaya Produk + (% x
Biaya Produk)
Harga Jual = Biaya
(1 - % Mark up)
Kotler
menyatakan bahwa salah satu alasan menggunakan mark up pricing adalah
karena kurangnya ketidak pastian pada biaya daripada permintaan. Dengan
mendasarkan pada biayanya, penetapan harga ini menjadi lebih sederhana dan
penjual tidak perlu membuat penyesuaian harga terhadap permintaan.
2.
Penetapan Harga Break Even (Break Even
Pricing)
Dalam
Break-Even Pricing dapat diketahui tentang bagaimana satu satuan produk itu
dijual pada harga tertentu untuk mengembalikan dana yang tertanam dalam produk
tersebut.
dan,
dimana :
TBE
= titik break even
BTT
= biaya tetap total
BV = biaya variabel
P
= penjualan
H
= harga jual per unit
BVR = biaya variabel rata-rata
Untuk meninjau break-even pricing
secara lebih mendalam kita bisa mengadakan analisa
tabuler. Volume break-even diperoleh dari pembagian antara biaya tetap
total dengan marjin yang ada pada setiap tingkat harga.
Kemungkinan masalah yang paling
serius dalam penetapan harga break-even ini adalah masalah kurangnya
permintaan. Penentuan harga yang optimal sangat dipengaruhi oleh hubungan
antara harga jual eceran dengan jumlah produk X yang akan dibeli oleh konsumen.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ini antara lain:
• Faktor saingan
• Pengalaman dalam penetapan harga.
• Kondisi dan produk yang ditawarkan.
• Pengalaman dalam penetapan harga.
• Kondisi dan produk yang ditawarkan.
3. Penetapan Harga Rate of Return (Rate of Return Pricing)
Kebijaksanaan
penetapan harga untuk mencapai tingkatan pengembalian investasi (rate of return on investment) merupakan
kebijaksanaan yang banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan besar. Faktor
utama untuk dapat dilaksanakannya prosedur tersebut adalah :
·
Estimasi permintaan
·
Penggunaan fasilitas
Tingkat
pengembalian pada Investasi (return on
investment) dapat dicari dengan rumus :
ROI
= Laba x
100 %
Investasi
Adapun
masalah-masalah yang dihadapi dalam rate
of return pricing, adalah :
·
Pengestimasian penjualan yang dipakai untuk
menentukan harga meskipun jumlah unit yang terjual itu sendiri merupakan fungsi
harga.
·
Rate of
return pricing ini dapat menimbulkan fluktuasi dalam keuntungan karena
jumlah penghasilan yang diterima langsung dipengaruhi oleh estimasi penjualan.
4.Penetapan Harga Biaya Variabel (Variabel
Cost Pricing)
Penetapan
harga biaya variabel ini didasarkan pada suatu ide bahwa biaya total tidak
selalu harus ditutup untuk menjalankan kegiatan bisnis yang menguntungkan.
Sistem penetapan harga biaya variabel ini dapat dipakai untuk menentukan harga
minimum yang dapat dikuasai.
Penetapan
harga biaya variabel ini sering dijumpai dalam situasi dimana biaya tetap
merupakan bagian yang besar dalam biaya total. Perusahaan angkutan kereta api
dan perusahaan penerbangan adalah dua contoh industri yang memerlukan biaya
tetap tinggi dan sering memakai penetapan harga biaya variable untuk
meningkatkan volumenya. Sebagai
contoh, mereka sering memberikan reduksi kepada anak-anak sekolah atau
rombongan tertentu.
5.
Penetapan Harga Beban Puncak (Peak Load
Pricing)
Peak-load
pricing ini dapat dipakai bila jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan sangat terbatas, dan permintaan pembeli cenderung berubah di
kemudian hari. Sebagai contoh perusahaan telepon telah menggunakan kapasitas
untuk melayani 97 % langganannya selama periode ramai meskipun pada akhir pecan
dan malam hari sering menganggur.
Dengan
peak load pricing ini, perusahaan
dapat menaikkan tarif diatas biaya rata-rata selama periode permintaan tinggi
dan mengurangkan pada biaya variabelnya diluar periode ramai. Tarif rendah yang
dikenakan pada jam-jam /hari-hari tidak ramai kemungkinan dapat meningkatkan
pendapatan dengan menarik langganan yang jarang menggunakan telepon.
Perusahaan telepon sering menggunakan peak
load pricing dalam penentuan tariff untuk hubungan langsung jarak jauh
Contoh
lain dari penggunaan teknik ini adalah pada pertunjukan bioskop dimana tariff
yang lebih rendah dikenakan pada jam-jam siang hari (permintaan relatif sedikit).
Jadi peak load pricing memiliki keuntungan,
antara lain :
·
Menekan permintaan pada periode ramai
·
Meningkatkan
permintaan pada periode tidak ramai
·
Meningkatkan efisiensi penggunaan fasilitas yang
ada.
BAB V
MANAJEMEN PERIKLANAN
5.1. Kesempatan untuk Periklanan
Kegiatan periklanan (sebagai bagian dan marketing
mix) yang dilakukan oleh sebuah perusahaan tergantung pada beberapa faktor, seperti :
• Jenis produk
• Sifat pasarnya
• Keadaan persaingan
• dan sebagainya.
• Sifat pasarnya
• Keadaan persaingan
• dan sebagainya.
Dengan adanya berbagai faktor
tersebut di mana setiap perusahaan mempunyai perbedaan, kegiatan periklanan
yang dilakukan juga berbeda. Hal ini dapat secara lebih jelas dilihat pada
biaya periklanan masing-masing.
Periklanan merupakan salah satu aspek dari
komunikasi pemasaran perusahaan. Keputusan-keputusan yang menyangkut periklanan
selalu berkaitan dengan aspek komunikasi pemasaran lainnya, seperti personal selling, promosi penjualan, publisitas, dan hubungan masyarakat. Rangkaian keputusan tersebut tidak terlepas
dari pengembangan komunikasi pemasaran di samping tahap-tahap pengumpulan
datanya.
Sebelum menentukan anggaran dan
perencanaan periklanan yang lain. manajer harus menentukan lebih dulu apakah
periklanan perlu dilakukan. Penaksiran kesempatan untuk periklanannya dimulai
dengan memperkirakan potensi permintaan primer dan permntaan selektif.
Manajer harus mengetahui keadaan-keadaan yang merupakan akibat terhadap
periklanan.
5.2. Akibat Periklanan pada Permintaan Primer dan Selektif
Periklanan dapat mendorong baik permintaan
primer maupun permintaan selektif atau kedua-duanya. Pada permintaan primer terdapat kenaikan permintaan untuk
kategori produk melalui peningkatan konsumsi per kapita atau melalui penambahan
beberapa pembeli baru. Sedangkan pada permintaan selektif terdapat
kenaikan permintaan untuk suatu merk tertentu dalam kategori produk.
Ada suatu anggapan bahwa sejauh ini
kurve permintaan yang dijumpai perusahaan adalah tetap. Jika harga diturunkan
maka kurve permintaannya akan
mempunyai arah menurun dan penjualan meningkat. Tingkat
penjualan baru tersebut cenderung menghasilkan laba lebih besar seperti yang
terlihat pada sebuah fungsi dan bentuk kurve permintaan dan tingkah-Iaku biaya
variabel.
Peningkatan biaya periklanan dapat merubah kurve
permintaan ke kanan dan dapat pula merubah bentuknya. Misalnya, jumlah
penjualan dalam unit produk “X” (Q) merupakan fungsi harga (P) :
Q (0) = 4.000
— 40 P
Fungsi permintaan ini menganggap
bahwa peniklanannya sama dengan nol. Fungsi untuk biaya periklanan (A) sebanyak Rp 10.000,- adalah :
Q (10.000) = 4.800 — 40
P
Perubahan ini dapat kita lihat pada
gambar 11.1. Di sini, perusahaan dapat rnencapai penjualan lebih besar pada
tingkat harga yang sama. Pada harga Rp 60,- perusahaan berharap dapat menjual
2.400 unit produk X, tidak lagi 1.600 unit. Dalam diagram tersebut, hal
ini ditunjukkan dengan perubahan dan titik P1 ke titik P2. Pada alternatif lain perusahaan
dapat menetapkan harga lebih tinggi dengan volume yang ada. Dengan meningkatkan
periklanan perusahaan dapat menaikkan harga produknya dari Rp 60,- menjadi Rp
80,- dan masih menjual 1.600 unit. Hal ini dapat kita lihat sebagai perubahan
dari titik P1 ke titik P3.
Beberapa asumsi yang lain adalah
bahwa kurve permintaan tersebut linier, dan pcningkatan biaya periklanan dapat rnengurangi sensitivitas
pembeli terhadap harga.
5.3. Kriteria
untuk Periklanan yang Efektif
Kenaikan yang terjadi pada permintaan primer dan permintaan
selektif adalah berbeda-beda dari segi kategori produk dan merk-nya. Untuk
merubah kesempatan periklanannya, manajer harus mengetahui faktor-faktor mana
yang dapat memperkuat pengubahan tersebut. Dalam hal ini ada empat faktor yang
paling penting, yaitu :
1.Trend permintaan
primernya menguntungkan.
2. Pembedaan produk (product differentiation) telah dilakukan.
3. Kualitas produk adalah penting bagi konsumen.
A. Dana untuk periklanan telah tersedia.
2. Pembedaan produk (product differentiation) telah dilakukan.
3. Kualitas produk adalah penting bagi konsumen.
A. Dana untuk periklanan telah tersedia.
Faktor-faktor sosial dan Iingkungan
yang mendukung trend dalam permintaan produk sering lebih penting daripada
jumlah biaya periklanannya. Di samping itu periklanan
dapat menyelaraskan permintaan yang terjadi tanpa periklanan. Pada saat
permintaan bertambah sering terdapat kesempatan untuk daya tarik periklanan
yang selektif.
5.4. Tujuan Periklanan
Pada umumnya, tujuan utama
perusahaan adalah mencari laba.. Konsekuensinya, manajer harus memilih alternatif periklanan yang dapat
menciptakan ni/al sekarang (present value) tertinggi untuk laba jangka
panjangnya. Sedangkan organisasi non laba lebih mementingkan manfaat
daripada laba.
Tujuan periklanan bagi suatu barang
akan tergantung pada tahap yang ada di dalam siklus kehidupan produk (product life cycle). Semua itu ditujukan
untuk mempertahankan posisi pasar produk tersebut. Biasanya, periklanan
produk baru dilakukan untuk :
·
Memberikan
kesadaran pada pembeli tentang adanya produk baru tersebut.
• Mendorong distribusi merk baru.
• Menunjukkan kepada pembeli
dengan suatu alasan bagi pembelian produk
tersebut.
Tugas
periklanan juga merupakan suatu fungsi dan kategori produk. Untuk
barang-barang yang berharga lebih mahal seperti mobil, proses keputusannya
(oleh pernbeli) dilakukan dengan lebih hati-hati dan waktunya lama. Dalam hal
ini, pembeli mudah sekali membedakan
rnerk-merk yang ada. Tetapi untuk barang-barang yang secara fisik hampir
sama, seperti sabun mandi, kurang begitu diperhatikan oleh pembeli.
Adapun tujuan pokok dari periklanan
adalah untuk meningkatkan permintaan bagi produk. Permintaan dapat
ditingkatkan dengan cara :
• Menaikkan jumlah pembeli.
· Menaikkan tingkat penggunaan barang di
antara pembeli yang ada
Pembeli baru mungkin berasal dan
pembeli merk saingan. Sedangkan tingkat penggunaan yang semakin besar dapat
terjadi bilarnana perusahaan selalu mengingatkan pembeli untuk menggunakan
merknya, atau dapat pula mengatakan pada pembeli tentang penggunaan baru dan
produknya. Sering pula perikianan ditujukan pada perantara dalam
saluran distribusi. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong para penyalur (pedagang
besar dan pengecer) untuk bersedia menjualkan atau mempromosikan merk produsen
tersebut.
5.5. Jenis Periklanan
Berdasarkan tujuannya, apakah
ditujukan kepada pembeli akhir atau ditujukan kepada penyalur, periklanan dapat
dibedakan ke dalam dua golongan. Jenis periklanan tersebut adalah :
1. Pull
Demand Advertising
Pull demand advertising adalah periklanan yang ditujukan kepada
pembeli akhir agar permintaan produk bersangkutan meningkat. Biasanya produsen
menyarankan kepada para konsumen untuk membeli produknya ke penjual terdekat. Pull
demand advertising juga disebut consumer advertising.
2.
Push Demand Advertising
Push
demand advertising adalah periklanan yang ditujukan kepada para penyalur.
Maksudnya agar para penyalur bersedia meningkatkan permintaan produk bersangkutan
dengan menjualkan sebanyak-banyaknya ke pembeli/pengecer. Barang yang diiklankan biasanya berupa barang
industri. Push demand advertising juga disebut trade advertising.
5.6. Mendefinisikan Tujuan Periklanan
Pihak
pemasang iklan perlu menentukan tujuan periklanannya dan mengukur hasil yang
dicapai dari periklanan tersebut. Pengukuran hasil yang dimaksud adalah
pengukuran secara kuantitatif.
Pengukuran tersebut dapat ditinjau pada segi penjualannya karena
mempunyai hubungan erat dengan laba yang diperoleh. Ada dua situasi dalam mana
penjualan tidak dapat digunakan. Situasi tersebut adalah :
• Pada waktu pengaruh
periklanan tidak dapat dipisahkan dan pengaruh elemen lain dalam marketing mix.
· Pada saat pengaruh periklanan yang sedang
dilakukan tidak dapat dipisahkan dan pengaruh periklanan yang lalu.
Jadi, apabila tujuan periklanan
tidak dapat dinyatakan dalam istilah penjualan, maka harus didefinisikan dalam
istilah variabel-variabel campuran yang menghubungkan perikianan dengan
penjualan. Pendekatan antara periklanan dan penjualan adalah :
1. Hirarki Pengaruh
Hirarki tentang hipotesa pengaruh menyatakan bahwa periklanan
memberikan petunjuk kepada konsumen melalui suatu rangkaian tahap yang mencapai
puncaknya dalam pembelian. Dalam hal
ini, konsumen dapat digolongkan ke
dalam tujuh kelompok, yaitu :
a. Kelompok pertama terdiri atas pembeli-pembeli potensial yang tidak
menyadari tentang adanya produk
tersebut.
b.
Kelompok
kedua terdiri atas konsumen yang menyadari adanya produk
tersebut.
c.
Kelompok
ketiga terdiri atas konsumen yang mempunyai pengetahuan tentang
produk
tersebut beserta manfaatnya.
d. Kelompok keempat terdiri atas
konsumen yang menyukai produk tersebut.
e.
Kelompok
kelima merupakan kelornpok konsumen yang mempunyai pilihan terhadap
produk tersebut melebihi semua kemungkinan
lainnya.
f.
Kelompok
keenam terdiri atas konsumen yang mempunyai keyakinan bahwa
mereka
harus membeli produk tersebut.
g.
Kelompok
terakhir terdiri atas konsumen yang mernbeli produk tersebut.
Kegiatan periklanan untuk
mengalihkan konsumen dari kelompok pertama ke kelompok yang lain akan cenderung
berbeda-beda. Dengan suatu survey dapat diperoleh data yang diperlukan untuk
menaksir nilai ekonomi tentang sebab-sebab perubahan kelompok tersebut.
2.Kualifikasi
Beberapa usaha telah dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap hirarki hipotesa pengaruh. Misalnya, suatu studi telah menjumpai adanya hubungan yang kuat antara kesadaran konsumen dengan market share. Dapat terjadi bahwa tingkat kegiatan periklanan yang lebih tinggi tidak berhasil memperkuat hubungan antara kesadaran dengan pembelian. Dalam beberapa kasus, periklanan dapat berpengaruh terhadap kesadaran yang kemudian dinyatakan dalam perilaku melalui sikap.
Beberapa usaha telah dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap hirarki hipotesa pengaruh. Misalnya, suatu studi telah menjumpai adanya hubungan yang kuat antara kesadaran konsumen dengan market share. Dapat terjadi bahwa tingkat kegiatan periklanan yang lebih tinggi tidak berhasil memperkuat hubungan antara kesadaran dengan pembelian. Dalam beberapa kasus, periklanan dapat berpengaruh terhadap kesadaran yang kemudian dinyatakan dalam perilaku melalui sikap.
Model Proses Periklanan
Sebuah model yang menunjukkan
bagaimana sikap itu dipengaruhi oleh perik/anan dan bentuk komunikasi
lainnya .Jika orang bersikap terbuka terhadap suatu iklan maka perusahaan perlu
memanfaatkan keterbukaan tersebut dengan menambah periklanan atau mengarahkan
pembeli untuk membeli. Selain periklanan, sikap itu juga dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor antara lain
•
Keinginan pribadi
•
Produk itu sendiri
•
Iklan saingan
•
Komentar dari orang lain
Beberapa strategi periklanan dapat dipakai untuk menerapkan model proses periklanan, yaitu :
a.
Mempengaruhi kriteria yang menentukan pemilihan golongan barang.
b.
Mengubah relevansi atribut produk (menciptakan atribut baru yang menonjol).
c.
Mengubah atribut yang harus memiliki merk perusahaan.
d. Mengubah atribut yang sudah bermerk.
e. Mengubah atribut yang juga dimiliki oleh
merk saingan.
Perlu
diketahui bahwa strategi ini tidak berusaha untuk merubah tingkat
ketidak-pastian tentang jumlah yang dirasakan dari suatu atribut. Strategi yang pertama berusaha mendorong permintaan primer
dengan mengembangkan motivasi dan kriteria pilihan. Strategi yang kedua dapat
mengambil beberapa bentuk. Kadang-kadang atribut yang ada dapat dibuat lebih
menyolok/menonjol; atau kadang-kadang
atribut
baru ditambahkan untuk memperpanjang siklus kehidupan produk tersebut.
Sedangkan ketiga strategi lainnya (c, d & e) melibatkan penentuan posisi
merk perusahaan dalam persaingan.
5.7. Proses Penentuan Tujuan Periklanan
Sekarang kita akan membahas tentang
proses penentuan tujuan periklanan dalam sebuah perusahaan dengan investasi
modal sebesar Rp 100.000.000,-. Direktur perusahaan tersebut telah
rnenetapkan tujuan perusahaan, yaitu
untuk mendapatkan 10% pada
modal yang diinvestasikan. ini berarti laba yang harus diperoleh
adalah 10% x (Rp 100.000.000,-) = Rp 10.000.000,-. Tujuan laba
tersebut harus diterapkan ke dalam tujuan pemasaran.
Ada suatu anggapan bahwa tujuan laba
di dalam pemasaran itu dapat dicapai apabila penjualan perusahaan sebesar Rp
40.000.000,-. Sekali tingkat penjualan telah ditemukan, maka dana yang
disediakan untuk periklanan dapat diperoleh dengan mengurangi :
·
Biaya produksi
·
Biaya overhead
·
Laba
dan pendapatan potensial
Apabila
jumlah biaya selain biaya periklanan adalah Rp 25.000.000,- maka
Rp 5.000.000,00 tersedia
untuk periklanan. Proses penentuan tujuan ini melibatkan suatu hirarki dan
kemampuan mendapatkan laba (profitability),
penjualan, dan komunikasi. Dalam contoh ini, manajer periklanan merasa
bahwa pengeluaran untuk periklanan sebesar Rp 5.000.000,- diperlukan
untuk mencapai tujuan penjualan; sedangkan manajer pemasaran merasa bahwa
tujuan penjualan yang ada dapat dicapai dengan menyediakan Rp .5.000.000,- untuk
periklanan. Dapat terjadi bahwa dana yang tersedia kurang dari jumlah yang
diinginkan. Dalam hal ini tujuannya perlu diperbaiki atau disesuaikan, serta
meninjau tujuan perusahaan akan memaksimumkan laba.
Dapat dikatakan bahwa tujuan
pokoknya adalah mencari laba Rp 10.000.000,- tetapi apakah tujuan
tersebut optimal? Dengan menguji
hubungan antara penjualan dan biaya, maka hubungan antara biaya dan laba dapat
diperoleh. Pada kenyataannya pengaruh periklanan terhadap laba atau penjualan
itu sangat relatif.
5.8. Anggaran Periklanan
Manajer pemasaran memerlukan suatu metode
untuk menetapkan anggaran periklanan. Teknik-teknik yang dapat dipakai
antara lain :
·
Pendekatan subyektif
·
Pendekatan pedoman tetap
·
Pendekatan tugas
·
Pendekatan normatif
Pemilihan metode-metode ini
tergantung pada besarnya pengembalian atau manfaat dari periklanan.
1.
Pendekatan Subyektif
Pendekatan
ini dapat dipakai untuk menyusun anggaran berdasarkan pendapat dan pengalaman
dari seorang manajer. Umumnya manajer mempunyai tugas mengalokasikan anggaran
tetap (fixed budget) diantara biaya
periklanan dan biaya pemasaran lainnya. Bila perusahaan menghendaki biaya yang
lebih rendah, maka biasanya periklanan akan dikurangi.
2.
Pendekatan Pedoman Tetap
Pendekatan ini menyangkut penentuan anggaran periklanan dalam
bentuk persentase dari penjualan, jumlah tetap per unit, atau seperti yang
ditentukan oleh perusahaan saingan. Beberapa perusahaan telah menentukan
anggaran mereka sebagai persentase dari volume penjualan yang diramalkan untuk
periode dimana anggaran periklanan itu akan digunakan. Anggaran periklanannya
ditentukan untuk setiap unitnya. Hal ini dianggap lebih fleksibel karena
tinggal mengalihkan antara volume penjualan (dlm unit) yang diperkirakan dengan
jumlah rupiah per unitnya (rupiah untuk periklanan)
3.
Pendekatan Tugas
Pendekatan ini menyangkut penentuan tujuan, kemudian menentukan pelaksanaan
untuk mencapai tujuan tersebut. Pendekatan ini dipakai oleh perusahaan mulai
dengan menentukan tujuan untuk periklanannya. Misalnya, sebelum periklanan
dimulai Perusahaan ‘‘X” telah memiliki market share kira-kira 5%. Dalam jangka pendek periklanan ditujukan
untuk meningkatkan kesadaran konsumen tlentang produknya sebesar 10% (dalam
satu tahun). Kampanye periklanan yang dilakukan dipusatkan pada suatu kenyataan
bahwa produk dari perusahaan “X” lebih baik dari pesaingnya. Sebelum dan sesudah diadakan penelitian
diperoleh data sebagai berikut :
1. Terdapat kenaikan dan 15,3% menjadi 35,1% dari jumlah responden yang menyatakan
1. Terdapat kenaikan dan 15,3% menjadi 35,1% dari jumlah responden yang menyatakan
bahwa produk dari perusahaan X adalah bersih dan warnanya
bagus.
2.
Terdapat kenaikan dan 3,6% menjadi 16,3% dari jumlah responden yang beranggapan
bahwa produk X Iebih menarik.
3.
Terdapat kenaikan dan 9,4% menjadi 24,3% dari jumlah responden yang menyatakan
bahwa produk perusahaan X lebih kuat.
Hasil tersebut jelas menunjukkan
bahwa kampanye periklanan itu telah mencapai sasaran yang ditentukan.
4. Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif ini menyangkut
penentuan anggaran periklanan yang optimal untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pendekatan ini menggunakan dasar penjualan karena
penjualan ini dapat memaksimumkan laba. Pemilihan pendekatan normatif mi
tergantung pada ada atau tidak adanya faktor pengaruh. Jika tidak ada
faktor yang mempengaruhinya, maka kita hanya perlu memaksimumkan laba jangka pendek.
Pengaruh tersebut dapat terjadi
apabila biaya pemasaran mempengaruhi penjualan dalam periode yang akan datang.
Dalam hal ini, prosedur tertentu untuk mendapatkan anggaran yang optimal juga
tergantung pada tersedianya data historis yang diperlukan. Bagi produk baru,
metode yang dipakai untuk menyusun anggaran yang optimal adalah :
1. Metode Bayesian
Sebuah perusahaan sedang
mempertimbangkan untuk memproduksi produk baru “Z”. Jika produk baru “Z”
tersebut dibuat maka diperkirakan perusahaan akan menambah biaya tetap sebesar
Rp 300.000,- dan biaya variabel Rp 60,- per unit selama tahun 1999. Harga yang
akan ditetapkan adalah Rp 200,- dan perusahaan mempunyai daftar pengiriman
sebanyak 10.000 calon konsumen. Jika perusahaan memutuskan untuk tidak
memproduksi produk “Z”, maka labanya akan meningkat sebesar Rp 20.000,- dalam
tahun 1999 dengan menggunakan peralatan yang ada.
Jika peralatan yang ada juga dipakai untuk membuat produk “Z” maka perusahaan hanya akan mengadakan promosi dengan direct mail (pengiriman langsung). Untuk mendukung keputusan tersebut, manajer pemasaran ingin mengetes hasil dan tiga macam responsi terhadap direct mail tersebut :
Jika peralatan yang ada juga dipakai untuk membuat produk “Z” maka perusahaan hanya akan mengadakan promosi dengan direct mail (pengiriman langsung). Untuk mendukung keputusan tersebut, manajer pemasaran ingin mengetes hasil dan tiga macam responsi terhadap direct mail tersebut :
N1
= 20% dan daftar calon pembeli bersedia membeli
N2
= 30% bersedia membeli
N3
= 40% bersedia membeli
Berdasarkan
pada pengalaman dan usaha direct mail yang lampau, manajer telah memperkirakan
probabilitas terjadinya masing-masing tingkatan sebesar 0,5 ; 0,3 dan 0,2 untuk
20%, 30%, dan 40% tingkat pengembalian secara berturut-turut.
Pertanyaan :
Jika tidak tersedia informasi tambahan, keputusan apakah yang harus diambil ?
Ada
suatu anggapan bahwa kriteria pemilihannya adalah nilai yang diharapkan
dan kenaikan laba tahunan.
Jawaban
Bila persamaan biaya total adalah TC
= 300.000 + 60 Q, maka dapat disusun tabel penghasilan dan biaya :
Dimana :
TC = Biaya total
Q = Jumlah penjualan dalam unit
TR
= Pendapatan total
p
= Kenaikan pendapatan dalam tahun 1999
EV (p) = Nilai yang diharapkan dari kenaikan laba
Dapat
dilihat bahwa strategi “untuk memproduksi produk baru” akan
memberikan kenaikan laba yang diharapkan sebesar Rp 78.000,-. Jika produk baru tersebut tidak diperkenalkan, maka laba yang diharapkan hanya meningkat
sebesar Rp 20.000,-. Jadi, strategi perusahaan untuk membuat
produk Z adalah optimal.
Dalam Bayesian, pemecahan di muka
disebut prior analysis. Ada
suatu anggapan di sini, bahwa :
•
Manajer dapat menyusun rangkaian strategi yang menyeluruh.
· Manajer dapat memperkirakan profitabilitas masing-masing strategi
atau kombinasinya.
· Manajer dapat mengkuantifikasikan
masing-masing strategi.
Kemudian ia memilih tindakan yang dapat
memberikan profitabilitas optimal.
Manajemen dihadapkan pada dua
strategi, yaitu :
S1 : memperkenalkan produk baru (strategi 1)
S2 : tidak memperkenalkan produk baru (strategi 2)
Metode Bayesian ini merupakan satu
cara penyusunan anggaran yang dapat dipakai bila tidak terdapat cukup data
historis. Oleh karena itu masih ada status strategi lagi, yaitu :
S3 : menunda keputusan sampai data tambahan dapat dikumpulkan
atau dianalisa (strategi 3)
Jadi, strategi ketiga ini
dimaksudkan untuk memperbaiki strategi sebelumnya. Proses pengumpulan
informasi tambahan sebelum memilih strategi terdahulu disebut prosedur analisa posterior.
2. Model Matematis
Data historis dapat dipakai untuk mengestimasi
parameter yang tidak diketahui dan suatu model matematis tentang fungsi
responsi periklanan. Jka estimasi tersebut benar, maka posisi optimal dapat
dicapai dengan menyelesaikan model matematis tersebut. Contoh :
Jumlah produk
X yang diminta merupakan fungsi harga dan periklanan. Hubungan tersebut
dapat dinyatakan dengan sebuah persamaan :
Q = 4.000 + 0,14 A -
0,000006 A2 - 40P
.
Persamaan mi menganggap bahwa responsi
penjualan terhadap periklanan sama halnya dengan responsi penjualan terhadap
harga. Persamaan ini juga menggambarkan adanya hasil yang menurun dalam
periklanan. Setiap tambahan rupiah untuk periklanan menghasilkan tambahan
penjualan yang lebih kecil.
Fungsi pendapatan total (R), hiaya total
(C), dan persamaan laba dapat ditunjukkan dengan istilah fungsi responsi
penjualan. Sesuai dengan persamaannya, laba akan rnencapai rnaksimum Rp
75.000,- pada harga Rp 70,- per unit dan
biaya periklanan Rp 10.000,-. Jika perusahaan tidak memasang iklan, maka labanya
akan berkurang Rp 26.000,- (atau Rp 75.000 - Rp 49.000). Dengan periklanan tersehut
perusahaan dapat mengenakan harga Rp 10,- lebih besar dan juga dapat menjual 400 unit produk X lebih banvak.
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
•
A = biaya periklanan (Rp 10.000,-)
• P = harga jual per unit (Rp 70,-)
• Q = 4.000 + 0,14 A - 0,000006 A2
40 P
=
4.000 + (0,14 x 10.000) - (0,000006 x 10.0002) (40 x 7)
=
4.000 + 1.400 - 600 - 2.800
=
2.000 unit.
·
R = pendapatan total (total revenue)
= Q x P
= 2.000 x 70
= Rp 140.000,-
·
O = biaya total (total cost)
= 15.000 + 20 Q (lihat persamaan bab 10)
= 15.000 + (20 x 2.000)
= 15.000 + 40.000
= Rp. 55.000,- (tanpa biaya periklanan)
•
C dengan biaya periklanan = Rp 55.000,- + Rp 10.000,-
=
Rp 65.000,-
·
Laba = R
- C
= Rp 140.000 - Rp 65.000
= Rp 75.000,-
Jika
produk X tidak diiklankan, harga yang
bisa dicapai hanya Rp 60,- per unit dengan jumlah penjualan sebanyak 1.600 unit
.
·
Q = 4.000 - 40 P
= 4.000 - (40 x 60)
= 4.000 - 2.400
= 1.600 unit
‘• R
= P.Q
= 60 (1.600)
= Rp 96.000,-
I
·
C = 15.000
+ 20 Q
= 15.000 + (20 x 1.600)
= 15.000 + 32.000
= Rp 47.000,-
I
·
Laba = R
- C
= Rp 96.000 - Rp 47 .000
=
Rp 49.000,-
Kesimpulannya
:
Dengan mengeluarkan biaya periklanan
sebesar Rp 10.000,- maka :
·
Keuntungan
meningkat dan Rp 49.000,- menjadi Rp 75.000,-.
·
Jumlah permintaan meningkat dan 1.600 unit
menjadi 2.000 unit.
·
Harga jual naik dan Rp 60,- per unit menjadi Rp
70,- per unit
5.9.
Pemilihan Media
Tujuan didalam perencanaan media adalah untuk
memilih apakah menggunakan :
·
Televisi
·
Radio
·
Majalah
·
Surat kabar
·
Atau media lain
Tentu
saja media yang dipilih adalah media yang akan memaksimumkan laba dengan
anggaran yang ada. Dalam hal ini kita dapat menggunakan metode kuantitatif
seperti Operation research.
Media
merupakan alat yang digunakan dalam kegiatan periklanan.
Media bukanlah suatu alat penyampaian berita yang pasif, bahkan sering media itu dapat mempengaruhi efektivitas beritanya. Adapun factor-faktor yang perlu dperhatikan di dalam pemilihan media ini adalah :
Media bukanlah suatu alat penyampaian berita yang pasif, bahkan sering media itu dapat mempengaruhi efektivitas beritanya. Adapun factor-faktor yang perlu dperhatikan di dalam pemilihan media ini adalah :
1.
Produk yang diiklankan
2.
Sistem distribusi produknya
3.
Editorial
4.
Kemampuan teknis media
5.
Strategi periklanan saingan
6.
Sasaran yang dapat dicapai
7.
Karakteristik media
8.
Biaya
Setiap media yang ada rnemiliki kesan dan
kepribadian sendiri-sendiri. Ada yang lebih menonjol sebagai “prestise” seperti
majalah Tempo dan Eksekutif. Ada pula yang
lebih menonjol dalam “keahlian “ seperti majalah Management
dan Usahawan Indonesia.
BAB VI
MANAJEMEN PENJUALAN
6.1. Pengertian Manajemen Penjualan
Istilah manajemen penjualan telah mengalami
perubahan-perubahan selama beberapa tahun. Pada mulanya, para pengusaha
menggunakan istilah tersebut untuk rnenunjukkan pengarahan tenaga penjualan,
atau disebut juga manajemen personal selling. Kemudian, istilah tersebut
diartikan secara lebih luas lagi dengan manajemen dari seluruh kegiatan
pemasaran, distribusi fisik, penetapan harga, dan perencanaan produk tetapi
sekarang, kedua istilah itu sudah dibedakan dengan menunjukkan bahwa manajemen pemasaran mempunyai
pengertian yang lebih luas daripada manajemen
penjualan.
Kemudian, apa yang dimaksud dengan manajemen
penjualan ? Berikut ini adalah definisi yang dikemukakan oleh Komite Definisi
dari Asosiasi Pemasaran Amerika (The
Definition Jommittec of the American Marketing Association).
Manajemen penjualan adalah perencanaan, pengarahan, dan pengawasan personal selling, termasuk
penarikan, pemilihan, perlengkapan, penentuan rute, supervisi, pembayaran, dan
motivasi sebagai tugas diberikan pada para tenaga penjualan.
Dari definisi tentang manajemen penjualan tersebut
dapat diketahui bahwa tugas manajer penjualan cukup luas. Dapat dikatakan pula
bahwa tugas manajer penjualan itu adalah sebagai administrator dalam kegiatan
personal selling, sehingga tugas utamanya banyak berkaitan dengan personalia
penjualan.
Bagian lain dari tugas
manajer penjualan adalah berkaitan dengan pengorganisasian kegiatan
penjualan baik di dalam maupun di luar perusahaan. Di dalam perusahaan, ia harus
menyusun struktur organisasi yang dapat menciptakan komunikasi secara efektif
tidak hanya di dalam departemen penjualan itu sendiri, tetapi juga dengan
departemen-departemen lainnya. Ia juga merupakan penghubung yang paling penting
antara perusahaan dengan pembeli dan masyarakat lain, serta bertanggung-jawab
untuk menciptakan dan mempertahankan jaringan distribusi yang efektif.
Selain tugas-tugas tersebut, manajer
penjualan masih mernpunyai tugas yang lain, yaitu menggunakan
dan berpartisipasi dalam mempersiapkan informasi untuk mengambil keputusan
pemasaran, seperti penentuan anggaran, kuota, dan daerah penjualan. Juga
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tentang produk, saluran pemasaran
dan politik distribusi, promosi, serta penetapan harga.
Jadi, dapat dikatakan bahwa manajer
penjualan itu selain sebagai administrator kegiatan personal selling,
juga sebagai anggota kelompok manajer yang ikut mengambil keputusan pernasaran.
6.2. Tujuan Manajemen Penjualan
Sukses bisa dicapai bilamana seseorang
itu memiliki suatu tujuan atau cita-cita. demikian pula halnya dengan para
pengusaha atau penjual. Tujuan tersebut akan menjadi kenyaraan apabila
dilaksanakan dengar kernauan dan kemampuan yang memadai. Selain itu,
harus diperhatikan pula -faktor lain seperti :
·
Modal yang diperlukan,
·
Kemampuan merencanakan dan membuat produk,
·
Kemampuan menentukan tingkat harga yang tepat,
·
Kemampuan memilih penyalur yang tepat.
·
Kemampuan
menggunakan cara-cara promosi yang tepat,
·
Unsur penunjang lainnya.
Pada
umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan rnendapatkan
laba tertentu dan mempertahankan atau
bahkan berusaha meningkatkannya untuk jangka waktu lama. Tujuan
tersebut dapat direalisir apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang
direncanakan. Dengan demikian tidak
berarti bahwa barang atau jasa yang terjual selalu akan menghasilkan laba. Di
sinilah faktor-faktor di atas harus mendapatkan perhatian sepenuhnya.
Bagi
perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum
dalam penjualannya, yaitu :
dalam penjualannya, yaitu :
1.
Mencapai volume penjualan tertentu
2. Mendapatkan laba
tertentu
3.
Menunjang pertumbuhan perusahaan
Dalam mencapai ketiga tujuan di
muka, pimpinan dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada para
fungsionaris di bawahnya, misalnya Kepala
Bagian Pemasaran. Dan untuk tugas-tugas penjualan, Kepala Bagian
Pemasaran dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada Sub. Bagian Penjualan. Proses seperti ini jarang
dijumpai pada perusahaan-perusahaan kecil, karena biasanya kegiatan pemasaran
dan penjualan langsung dipegang oleh pimpinan yang juga merangkap sebagai
pemilik. Jadi, dialah yang harus menentukan estimasi tentang potensi pasarnya,
kemampuan tenaga-tenaga penjualnya, dan sebagainya.
Untuk kegiatan selanjutnya, Bagian
Penjualan mernpunyai peranan. yang sangat penting. Hal ini mendorong pimpinan
untuk lebih seksama dalam mengambil keputusan di bidang pemasaran, penjualan,
serta keuntungan yang realistis. Untuk tujuan perencanaan dan operasinya,
pimpinan dapat berpegang pada dua rumus berikut :
Penjualan - Harga Pokok = Laba Kotor
Laba
Kotor – Biaya lain = Laba Bersih
Secara periodis, formula itu dipakai pada
laporan operasi perusahaan dan digunakan oleh pengusaha serta pemilik untuk
mengadakan penilaian terhadap hasil kerja perusahaan, termasuk efektivitas
penjualan dan pemasarannya. Faktor harga pokok tidak dapat ditentukan secara
langsung oleh Bagian Penjualan karena
pembuatan produknya ditangani oleh Bagian
Produksi dalam perusahaan, atau ditangani oleh produsen lain. Sedangkan
volume penjualan diharapkan dapat menutup semua biaya.. Volume penjualan, laba
kotor, dan biaya-biaya lain seperti biaya operasi secara langsung dipengaruhi
oleh hasil kerja dari Bagian Pemasaran
termasuk Sub. Bagian
Penjualan, dan semua ini merupakan faktor penentu untuk rnernperoleh
laba bersih.
6.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Penjualan
Dalarn praktek, kegiatan penjualan
itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah :
I. Kondisi dan Kemampuan Penjual
Transaksi jual-beli atau pemindahan
hak milik secara komersial atas barang dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan
dua pihak, yaitu penjual sebagai pihak
pertama dan pembeli sebagai pihak
kedua. Di sini, penjual harus dapat meyakinkan kepada pembelinya agar dapat
berhasil rnencapai sasaran penjualan yang diharapkan.
Untuk maksud tersebut penjual harus memahami
beberapa masalah penting yang sangat berkaitan, yaitu :
•
Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan.
•
Harga produk.
•
Syarat penjualan, seperti pembayaran, penghantaran, pelayanan sesudah
penjualan, garansi, dan sebagainya.
Masalah-masalah tersebut biasanya
menjadi pusat perhatian pembeli sebelum melakukan pembelian. Selain itu,
manajer perlu memperhatikan jumlah serta sifat-sifat tenaga penjualan yang
akan dipakai. Dengan tenaga penjualan yang baik dapatlah dihindari timbulnya
kemungkinan rasa kecewa pada para pembeli .
Adapun sifat-sifat yarfg perlu dimiliki oleh
seorang penjual yang baik antara lain : sopan,
pandai bergaul, pandai berbicara, mempunyai kepribadian yang menarik, sehal
jasmani, jujur, mengetahui cara-cara penjualan, dan sebagainya.
2. Kondisi Pasar
Pasar, sebagai kelompok pembeli atau
pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan
penjualannya. Adapun faktor-faktor kondisi pasar yang perlu diperhatikan
adalah :
·
Jenis
pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar penjual, pasar
pemerintah, ataukah pasar internasional.
·
Kelompok
pembeli atau segmen pasarnya.
·
Daya belinya.
·
Frekuensi pembeliannya.
·
Keinginan dan kebutuhannya.
3. Modal
Akan
lebih sulit bagi penjual untuk menjual barangnya apabila barang yang dijual
tersebut belum dikenal oleh calon pembeli, atau apabila lokasi pembeli jauh
dari tempat penjual. Dalam keadaan seperti ini, penjual harus memperkenalkan dulu membawa barangnya ke
tempat pembeli. Untuk melaksanakan maksud tersebut diperlukan adanya sarana
serta usaha, seperti : alat transport, tempat peragaan baik di dalam perusahaan
maupun di luar perusahaan, usaha promosi, dan sebagainya. Semua ini hanya dapat
dilakukan apabila penjual memiliki sejumlah modal yang diperlukan untuk
itu.
4.
Kondisi Organisasi Perusahaan
Pada
perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh bagian
tersendiri (Bagian Penjualan) yang dipegang orang-orang yang ahli di bidang
penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil di mana masalah penjualan
ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi-fungsi lain. Hal ini disebabkan
karena jumlah tenaga kerjanya lebih sedikit, sistem organisasinya lebih sederhana,
masalah-masalah yang dihadapi, serta sarana yang dimilikinya juga tidak
sekompleks perusahaan besar. Biasanya, masalah penjualan ini ditangani sendiri
oleh pimpinan dan tidak diberikan kepada orang lain.
6.4. Fungsi-fungsi Salesman
Salah
satu fungsi salesman adalah melakukan penjualan dengan bertemu muka (face-to-face
selling), di mana seorang penjual dan sebuah perusahaan langsung menemui
konsumen untuk menawarkan produknya. Penjualan dengan bertemu muka ini hanya merupakan satu dari beberapa fungsi
penting lainnya. Fungsi-fungsi yang lain tersebut adalah :
1.
Mengadakan Analisa Pasar
Dalam
analisa pasar, termasuk juga mengadakan peramalan tentang penjualan yang akan
datang, mengetahui dan mengawasi para pesaing dan memperhatikan lingkungan,
terutama lingkungan sosial dan perekonomian. Sebenarnya, tugas penjualan ini
tidak mudah. Apa yang dilakukan oleh penjual tersebut dapat berakibat pada
dirinya sendiri. Seorarig tenaga penjualan yang baik harus memahami dan
menyadari tentang apa yang terjadi di beberapa daerah selain di sekitar
perusahaan.
2. Menentukan Calon Konsumen
Termasuk dalam fungsi ini antara lain mencari pembeli
potensial, menciptakan pesanan baru dan Iangganan yang ada, dan mengetahui
keinginan pasar.
3. Mengadakan Komunikasi
Komunikasi
ini merupakan fungsi yang menjiwai fungsi-fungsi tenaga penjualan yang ada.
Fungsi ini tidaklah menitik-beratkan untuk membujuk atau mempengaruhi, tetapi
untuk memulai dan melangsungkan pernbicaraan secara ramah dengan langganan atau
calon pembeli. Komunikasi yang bersifat membujuk hanya merupakan satu elemen
saja dari fungsi komunikasi.
4. Memberikan Pelayanan
Pelayanan
yang diberikan kepada langganan dapat diwujudkan dalam bentuk konsultasi
menyangkut keinginan dan masalah-masalah yang dihadapi langganan, memberikan
jasa teknis, rnemberikan bantuan keuangan/kredit, melakukan penghantaran barang
ke rumah, dan sebagainya.
5. Memajukan Langganan
Dalam
memajukan langganan, tenaga penjualan bertanggung-jawab atas semua tugas yang
langsung berhubungan dengan langganan. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan
tugas-tugasnya agar dapat meningkatkan laba. Dalam fungsi ini, termasuk juga
pemberian saran secara pribadi seperti saran tentang masalah pengawasan
persediaan, promosi. pengembangan barang, dan kebijaksanaan harga.
6. Mempertahankan Langganan
Mempertahankan
langganan atau penjualan merupakan salah satu fungsi yang semata-mata ditujukan
untuk menciptakan goodwill serta
mempertahankan hubungan baik dengan langganan.
7. Mendefinisikan Masalah
Pendefinisian
masalah dilakukan dengan memperhatikan dan mengikuti permintaan
konsumen. Ini berarti penjual harus mengadakan analisa tentang usaha-usaha
konsumen sebagai sumber masalah. Selain itu, juga harus menemukan
masalah-masalah yang berkaitan dengan barang, jasa, harga, dan sistem
penyampaiannya.
8. Mengatasi Masalah
Mengatasi atau menyelesaikan masalah
merupakan fungsi menyeluruh yang pada dasarnya menyangkut fleksibilitas,
penemuan, dan tanggapan. Jika suatu masalah memerlukan sumber-sumber dari
beberapa perusahaan, tenaga penjualan dapat membentuk untuk memperolehnya.
Jadi, tenaga penjualan tersebut semata-mata bertindak sebagai konsultan umum.
9. Mengatur Waktu
Pengaturan waktu merupakan satu
masalah paling penting yang dihadapi oleh penjual. Sering terjadi adanya banyak
waktu yang terbuang dalam perjalanan, atau untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak
produktif atau terbuang untuk menunggu saja. Untuk menghernat waktu, rnereka
banyak latihan serta mengambil pengalaman dan orang lain.
10.
Mengalokasikan Sumber-sumber
Pengalokasian sumber-sumber sering
diperlukan dan dilakukan dengan memberikan bahan bagi keputusan manajemen untuk
membuka transaksi baru, menutup transaksi yang tidak menguntungkan, dan
mengalokasikan usaha-usaha ke berbagai transaksi.
11. Meningkatkan Kemampuan Diri
Meliputi latihan-latihan dan
usaha-usaha pribadi untuk mencapai kemampuan fisik dan mental yang tinggi.
Tentu saja tidak terlepas dari masalah motivasi dan kondisi atau kesehatan dari
tenaga penjualan itu sendiri. Latihan yang lain dapat dilakukan dengan
mempelajari konsumen beserta keinginannya, para pesaing beserta kegiatannya;
produk yang dijual, kebijaksanaan dan program dari perusahaannya.
6.5. Proses Penjualan
Salah satu aspek yang ada dalam
penjualan adalah penjualan dengan bertemu muka (face-to-face selling) di mana
seorang penjual langsung berhadapan muka dengan calon pembelinya. Masalah
tersebut menjadi titik-berat dalam pembahasan tentang proses penjualan berikut.
Adapun tahap-tahapnya adalah :
1.
Persiapan Sebelum Penjualan
Disini
kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga penjualan dengan memberikan
pengertian tentang barang yang dijualnya, pasar yang dituju, dan teknik-teknik
penjualan yang harus dilakukan. Selain itu, mereka juga lebih dulu harus
mengetahui kemungkinan tentang motivasi dan perilaku dalam segmen pasar yang
dituju.
2. Penentuan Lokasi Pembeli Potensial
Dengan
menggunakan data pembeli yang lalu maupun sekarang, penjual dapat menentukan
karakteristiknya, misalnya lokasi. Oleh karena itu, pada tahap kedua ini
ditentukan lokasi dari segmen pasar yang menjadi sasarannya. Dari lokasi ini
dapatlah dibuat sebuah daftar tentang orang-orang atau perusahaan yang secara
logis merupakan pembeli potesial dari produk yang ditawarkan. Dari konsumen yang ada dapat pula ditentukan
konsumen manakah yang sudah menggunakan produk-produk saingan.
3. Pendekatan Pendahuluan
Sebelum melakukan penjualan, penjual
harus mernpelajari semua
rnasalah tentang individu atau perusahaan yang dapat diharapkan sebagai
pembelinya. Selain itu, perlu juga mengetahui tentang produk atau merk apa yang
sedang mereka gunakan dan bagaimana reaksinya. Berbagai macam informasi perlu
dikumpulkan untuk mendukung penawaran produknya kepada pembeli, misalnya
tentang kebiasaan membeli, kesukaan dan sebagainya. Semua kegiatan ini
dilakukan sebagai pendekatan pendahuluan terhadap pasarnya.
4. Melakukan Penjualan
Penjualan yang dilakukan bermula
dari suatu usaha untuk memikat perhatian calon konsumen, kemudian diusahakan
untuk mengetahui daya tarik mereka. Dan akhirnya penjual melakukan penjualan
produknya kepada pembeli.
5. Pelayanan Sesudah Penjualan
Sebenarnya kegiatan penjualan tidak
berakhir pada saat pesanan dari pembeli telah dipenuhi, tetapi masih perlu dilanjutkan
dengan memberikan pelayanan atau servis kepada mereka. Biasanya kegiatan ini
dilakukan untuk penjualan barang-barang industri seperti instalasi, atau barang
konsumsi tahan lama seperti almari es, televisi, dan sebagainya. Beberapa
pelayanan yang diberikan oleh penjual sesudah penjualan dilakukan antara lain berupa :
•
Pemberian garansi
•
Pemberian jasa reparasi
•
Latihan tenaga-tenaga operasi dan cara penggunaannya
•
Penghantaran barang ke rumah.
Dalam tahap terakhir ini penjual
harus berusaha mengatasi berbagai macam keluhan atau tanggapan yang kurang baik
dari pembeli. Pelayanan lain yang juga perlu diberikan sesudah penjualan adalah
memberikan jaminan kepada pembeli bahwa keputusanyang diambilnya tepat, barang
yang dibelinya betul-betul bermanfaat, dan hasil kerja produk tersebut
memuaskan.
6.6. Motivasi dan Kompensasi Salesman
Penentuan rencana kompensasi/penggajjan
bagi salesman lebih merupakan suatu seni karena apabila produk dan pembelinya
berbeda, maka rencana kompensasinya juga berbeda. Lagi pula, rencana kompensasi
ini harus selalu diperbaiki untuk menyesuaikan perubahan-perubahan dalam
lingkungan persaingan yang ada, dan hal ini sulit dibandingkan efisiensinya
diantara perusahaan-perusahaan. Biasanya, tingkat kompensasi itu lebih banyak
ditentukan oleh hasil kerja penjualannya. Namun
demikian, kita akan membahas beberapa rnetode yang lebih populer untuk memotivasj salesman. Pada pokoknva ada dua metode, yaitu :
demikian, kita akan membahas beberapa rnetode yang lebih populer untuk memotivasj salesman. Pada pokoknva ada dua metode, yaitu :
1. Insentif Tunai
Insentif tunai ini merupakan metode pemberian kompensasi
yang paling banyak dipakai, yaitu dengan memberikan sejumlah uang tunai kepada
salesman sebagai insentifnya. Rencana kompensasi secara tunai ini dapat
dilakukan dalam beberapa cara, yaitu :
1. Straight
Commission
Straight Commission atau sering disebut insentif 100
persen ini merupakan suatu rencana kompensasi yang rnenggambarkan
sejumlah komisi sebagai penghasilan minimum bagi salesman sesuai dengan variasi
volume penjualannya. Biasanya, jumlah komisi ini ditentukan berdasarkan suatu
persentase dari harga jual (berkisar antara 5% sampai 10% dari harga
jual atau lebih tergantung pada jenis produk dan industrinya). Semakjn banyak
salesman itu dapat rnenjual barang, semakin banyak pula jumlah komisinya.
Namun, biasanya telah ditentukan bahwa seorang salesman harus dapat rnenjual
produk dalam sejumlah minimum tertentu sebagai penghasilan minimumnya. Tetapi
hal ini tidak mengikat, artinya kalau jumlah penjualannya kurang dan minimum,
maka jumlah komisinya juga berkurang.
Adapun keuntungan utama bagi perusahaan dalam metode straight commission ini adalah bahwa
biaya penjualan merupakan biaya variabel dan perusahaan hanya membayar menurut
jumlah produk yang terjual saja. Sedangkan keburukannya adalah
sulit diawasi dan kurang sesuai untuk penjualan herbagai macam produk dengan
karakteristik yang sangat berbeda secara sekaligus.
2. Straight
Salary
Straight salary ini merupakan sistem pembayaran gaji yang
paling sederhana, dan umumnya diwujudkan dalam bentuk sejumlah uang yang
dibayarkan secara tetap untuk suatu periode (harian, mingguan, atau bulanan).
Dalam hal ini, tugas manajer dalam pengendalian salesman lebih ringan karena
hanya mengawasi berapa lama waktu yang dipakai oleh salesman. Biasanya, metode
ini dipakai bilamana perusahaan ingin memasuki segmen pasar baru (tugas
salesman ini disebut missionary selling).
3. Gaji Plus
Komisi
Dalam metode ini, salesman akan
memperoleh gaji tetap untuk suatu periode ditambah sejumlah komisi sesuai
dengan volume yang terjual. Semakin banyak produk yang terjual, semakin banyak
pula jumlah komisinya (misalnya 2% dari penjualan). Tingkat komisi ini dapat
pula bervariasi. Kalau salesman dapat menjual lebih besar dari jumlah yang
ditentukan, maka tingkat komisinya menjadi semakin besar, misalnya 3%.
4. Gaji Plus
Bonus Plus Komisi
Metode ini rnerupakan kombinasi
antara metode ketiga dan pemberian bonus. Jadi, selain gaji dan komisi,
salesman masih dapat memperoleh bonus. Misalnya, ditentukan bahwa salesman
dapat menerima bonus 3% jika penjualan per bulannya melebihi 4.250 unit.
2. Insentif Tidak Tunai
Pemberian insentif tidak tunai ini
banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan sebagai pelengkap dan insentif tunai.
Hal ini dimaksudkan untuk mendorong salesman agar mau bekerja lebih keras.
Insentif tidak tunai ini dapat diwujudkan dalam bentuk selain uang tunai,
seperti :
• Mobil, baik untuk perjalanan dinas maupun
untuk keperluan pribadi.
• Rumah untuk tempat tinggal salesman beserta
keluarganya.
•
Wisata.
•
Produk yang dihasilkan.
· Dan produk/barang lain yang cukup menarik
bagi salesman.
6.8. Evaluasi Hasil Kerja Penjualan
Evaluasi hasil kerja penjualan ini
merupakan tugas yang cukup kompleks karena salesman dan daerah penjualannya
berbeda-beda. Lagi pula banyak waktu yang diperlukan untuk tugas-tugas salesman.
Selain itu masih dikaitkan pula dengan motivasi masing-masing salesman terhadap
rencana kompensasi yang ditetapkan oleh perusahaan. Tahap-tahap yang perlu
dilakukan dalam evaluasi hasil kerja penjualan ini adalah :
• Membuat standard kerja.
• Mencatat hasil kerja riil.
• Mengadakan evaluasi, atau pembandingan hasil
kerja dengan standardnya.
·
Mengambil tindakan yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Burton Marcus. (1980). Modern Marketing Management, Edisi
Kedua, Random House, New York.
Corl McDaniel Jr. (1979).
Marketing, An Integrated Approach.
Horper & Row. Publishers, Inc, New York.
Philip Kotler, (1997). Manajemen Pemasaran : Analisis,
Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Edisi Revisi. Edisi bahasa
Indonesia. Prentice Hall
Philip Kotler, Gary
Armstrong. (1996). Dasar-dasar Pemasaran.
Jilid 2.Edisi Bahasa Indonesia. Prentice Hall
Swastha Basu Drs, Irawan Drs, (1983). Manajemen
Pemasaran Modern, Edisi Kedua, Liberty , Yogyakarta
William J.Stanton,
(1978). Fundamentals of Marketing,
Edisi kelima, Kogakhusa, Mc.Graw-Hill, Tokyo.
0 Response to "Manajemen Pemasaran dan konsep dasar pemasaran"
Post a Comment